Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 06 Februari 2024 | 11:45 WIB
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJawaTengah.id - Sekretaris Negara Pratikno menjadi sorotan ketika dituduh menjadi penggerak politik untuk Presiden Jokowi dalam berbagai kejadian,

Termasuk dalam usaha memperlancar pencalonan Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden pasca-keputusan Mahkamah Konstitusi.

Aktivitas politik Pratikno sempat dibahas melalui sebuah artikel opini di salah satu media nasional, yang menggambarkan peralihannya dari posisi rektor ke peran politik, sebagaimana dijabarkan dalam sebuah edisi Majalah Tempo bertajuk 'Dari Rektor Menjadi Operator'.

"Menteri Sekretaris Negara Pratikno adalah perwujudan paling brutal dari peringatan Kanselir Jerman 1871-1890 Otto Von Bismarck yang mengatakan bahwa politics ruins the character atau politik bisa merenggut karakter seseorang," ungkap Editor Senior Tempo Bagja Hidayat dalam kanal Youtube Tempodotco yang dilansir, Selasa (6/2/2024).

Sementara itu, Dosen Komunikasi Politik Pascasarjana di Universitas Paramadina, Prabu Revolusi memberikan tanggapan mengenai tudingan Pratikno sebagai penggerak politik.

Prabu menyoroti pentingnya konteks politik yang sensitif saat ini, terutama menjelang pemilihan, dan menekankan kebutuhan akan jurnalisme yang etis, yang harus berbasis pada data dan fakta yang dapat dibuktikan dan sumber yang dapat dipercaya.

"Kita perlu pahami bahwa konteksnya pemberitaan beredar di tahun tahun atau periode yang sangat sensitif politik tahun ini. Kita tahu ini beberapa hari kedepan kita akan ada pencoblosan sehingga sangat memungkinkan motif pemberitaan seperti ini dikarenakan ada motif kepentingan politik tapi saya ingin membahas dari sisi etika jurnalistik terlebih dahulu," jelas dia.

Dia mengkritik waktu pemberitaan yang mungkin dipilih karena alasan politik, mengingatkan bahwa berita tanpa dasar yang solid dapat dianggap sebagai gosip atau usaha untuk mempengaruhi pendapat publik sebelum pemilihan.

"Jika memang pemberitaan yang kita angkat itu betul betul memiliki kepentingan bagi publik sehingga narasumbernya terancam nyawa misalnya jika diungkapkan maka narasumbernya narasumber anonim. Tetapi jika seperti itu maka sangat disarankan ruang redaksi tersebut atau pemberitaan tersebut harus mencantumkan dari mana informasi itu berasal," paparnya.

Prabu mengajak masyarakat untuk mempertanyakan keaslian dan waktu dari laporan tersebut, menyarankan bahwa tujuannya mungkin untuk mempengaruhi hasil pemilihan.

Dia menambahkan bahwa berita harus jelas dibedakan antara fakta dan opini, dengan menggarisbawahi pentingnya mematuhi etika jurnalisme dalam pelaporan.

"Harusnya tidak boleh dasar pemberitaan, kecuali jika itu disebutkan bukan merupakan berita, tetapi opini redaksi atau editorial redaksi maka itu harus dijelaskan dengan sangat jelas hal tersebut adalah opini redaksi atau editorial redaksi. Kita sama sama tahu bahwa etika jurnalistik yang perlu dipatuhi," jelas dia.

Sementara Direktur Eksekutif di Indonesia Political Review, Ujang Komarudin mengemukakan bahwa serangan terhadap Pratikno adalah bagian dari taktik oposisi untuk mengincar Jokowi.

Menurut Komarudin, dengan Pratikno yang dikenal sebagai orang dekat dan dipercaya oleh Jokowi serta bertugas sebagai Menteri Sekretaris Negara selama dua periode, oposisi melihatnya sebagai jalan untuk meraih dan mengganggu Jokowi.

"Ada upaya-upaya dari lawan-lawan politik Jokowi untuk menghajar, melumpuhkan, termasuk mengalahkan Jokowi. Salah satu sasaran tembaknya ya Pratikno. Salah satu pintu masuknya ya Pratikno ke Jokowi. Salah satu orang kepercayaan Jokowi," ujarnya.

Baca Juga: Pileg DPR RI Dapil Jateng 1: Potensi Muncul Pendatang Baru yang Mengejutkan

Load More