SuaraJawaTengah.id - Salat tarawih merupakan salah satu ibadah yang banyak dijalankan umat muslim selama bulan Ramadan. Tak sedikit masyarakat Islam Indonesia juga berbondong-bondong ke masjid untuk menjalankan ibadah yang satu ini.
Selain karena pahala yang dijanjikan, salat tarawih juga memiliki kesan tersendiri bagi masyarakat muslim Indonesia. Begitu pula pada ulama asal Rembang, K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.
Putra Pengasuh Pesantren Al-Quran di Kragan, Rembang, itu memiliki kesan tersendiri terhadap ibadah tarawih. Ia mengaku tidak pernah mau menjadi imam tarawih meskipun dirinya adalah seorang ulama sekaligus pengasuh pondok pesantren.
Bukan tanpa alasan, kesan tersebut didapatkan oleh Gus Baha lantaran praktik salat tarawih di Indonesia cukup unik. Salat tarawih umumnya dilakukan sebanyak 8 atau 20 rakaat. Jamaah yang melakukan salat tarawih 20 rakaat biasanya akan cenderung lebih cepat dalam hal bacaan salat.
Menurut Gus Baha praktik salat yang demikian tidak dapat mencapai salah satu rukun salat, yakni tumakninah. Di sisi lain, para jamaah juga tidak menghendaki imam yang memiliki bacaan salat yang bagus dan memakan waktu cukup lama. Hal itulah yang menjadi dilema tersendiri bagi Gus Baha.
“Saya tarawih itu mau jadi makmum, perkara itu. Sujud kok begitu, kok cepet? Lah imamnya begitu, Gusti. Makmum kan ikut imam,” ungkap Gus Baha dikutip dari unggahan TikTok @NgajiGusBaha, Selasa (19/3/2024).
Menurutnya, imam yang memiliki bacaan cepat itu dikarenakan menyesuaikan dengan permintaan jamaah. Lebih lanjut, Gus Baha mengungkapkan pengalamannya, ketika imam mencoba tuma'ninah, langgar atau masjid menjadi sepi jamaah.
“Imam sampai seperti itu ya karena tau, konsumennya seperti itu. Orang mencoba (sholat tarawih) lama, ya langgarnya sepi,” tutur Gus Baha.
“Orang-orang muda pasti tanya, mana yang lebih cepat. Tidak tanya mana yang baik sholatnya,” sambungnya.
Baca Juga: Ini Alasan Gus Baha Selalu Guyon Saat Ngaji: Agama Harus Membawa Kecerian Sosial
Karena pertimbangan itu, ulama ahli tafsir asal Rembang itu mengaku tidak pernah mau menjadi imam salat tarawih. Ia menyebut tidak siap bertanggung jawab atas dilema tersebut, yakni antara tuma'ninah dan menjaga jamaah salat.
“Sampai sekarang saya tidak pernah menjadi imam tarawih, perkaranya ya itu, saya tidak siap tanggung jawab. Jadi ya sudah makmum saja, karena kalau saya sendiri, kalau kelamaan juga keberatan, tapi semoga saja diterima Tuhan,” pungkasnya.
Kontributor : Dinnatul Lailiyah
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota
-
Bukan Cuma Sepak Bola! Intip Keseruan dan Kekompakan Jurnalis Semarang di Tiba Tiba Badminton 2025
-
7 Jalur Trek Lari di Purwokerto, Syahdyu untuk Melepas Penat dan Menjaga Kebugaran