Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 28 Maret 2024 | 17:54 WIB
Pemandangan penjual takjil disekitar Taman Indraprasta, Kota Semarang. Kamis (28/3/2024) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Ramadan tahun ini diramaikan dengan sebuah tren baru yakni "war" takjil lintas agama.

Berburu takjil di pasar atau stand-stand kuliner tidak hanya dilakukan umat muslim saja. Orang dari agama lain turut memeriahkan.

Menjelang sore hari, Kristi Dwi Utami hampir selalu nengok jam tangan yang dipakai. Dia seperti itu bukan sedang memikirkan jam pulang kerja.

Perempuan kelahiran Wonogiri itu rupanya sedang memikirkan jam yang tepat untuk berburu kolak, puding, manisan yang dijajakan penjual takjil.

Baca Juga: Ini Jadwal Azan Magrib Kota Semarang dan Sekitarnya pada 27 Maret 2024

"Saya orangnya memang suka jajan. Apalagi di bulan puasa sekarang ini banyak pilihannya," ucap Kristi pada Suara.com, Kamis (28/3/24).

Kristi juga sering bertanya pada teman-temannya yang muslim soal tempat yang ramai penjual takjilnya. Sebab Kristi ingin menjajal aneka takjil di seluruh penjuru Kota Semarang.

"Ini di (taman Indraprasta) saya beli cilok, manisan, donat. Besok saya mau nyoba berburu takjil di sekitar Masjid Agung Semarang," jelasnya.

Sebelum tren war takjil viral, hampir setiap bulan ramadan. Kristi nggak mau ketinggalan untuk berburu takjil dan ikut berbuka puasa bareng teman-temannya yang beragama Islam.

"Takjil favorit atau yang sering saya cari itu kolak," ungkapnya.

Baca Juga: Kreatif! Warga Banjarnegara ini Buat Kaligrafi dari Lem Tembak

Toleransi yang Indah

Fenomena war takjil yang sedang trend ini didukung warga muslim. Widi mengaku nggak keberatan harus mengantri dengan orang-orang non-muslin (nonis) yang ikut berburu takjil.

Baginya pemandangan seperti itu merupakan bentuk toleransi yang indah karena melibatkan agama lain.

"Sebelum ke sini (taman indraprasta) saya tadi sempat keliling-keliling dulu," ucap perempuan berusia 27 tahun tersebut.

Sama seperti yang dilakukan Kristi, setiap harinya Widi berpindah-pindah tempat untuk mencari takjil yang diinginkan.

"Di luar ramadan memang banyak yang jualan di dekat-dekat area taman. Tapi pas ramadan ini yang jualan makin banyak. Saya beli piscok, karamel, sama pukis," bebernya.

Namun, Widi nggak mematok waktu kapan dirinya harus berburu takjil. Jika sudah tidak ada pekerjaan, barulah dia keluar dan berkeliling di sekitar tempat pekerjaanya.

"Saya mah santai nggak mau cepat-cepatan berburu takjil sama nonis. Toh selera takjil saya dan mereka nggak mungkin sama," tukasnya.

Kontributor : Ikhsan

Load More