Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Minggu, 31 Maret 2024 | 11:14 WIB
Kuliner Khas Kota Semarang, dibilik stand jualan penjual masakan legendaris tersebut, Isiqomah (64). [Jatengnews.id/Kamal]

SuaraJawaTengah.id - Kota Semarang merupakan salah satu wilayah yang memiliki beragam kuliner khas bulan Ramadan.

Bagi masyarakat Kota Lunpiaatau sekitarnya, ngabuburit di kuliner Alon-Alon Masjid Kauman Kota Semarang bukan menjadi hal baru lagi.

Setiap sorenya, puluhan stand makanan yang berjajar memanjang tersebut selalu dipadati pengunjung dari berbagai daerah atau di tidak hanya dari Kota Semarang.

Pasar kuliner tersebut memang menyediakan berbagai makan, dari mulai yang legendaris, khas hingga takjil kekinian. Sehingga mereka yang datang pun beraneka ragam dari mulai anak kecil hingga orang tua.

Baca Juga: Hasil Survei: Masyarakat Lebih Pilih Gunakan THR untuk Belanja daripada Investasi

Namun, siapa sangka dibalik keramaiannya tersebut, terdapat makanan khas yang mulai minim penggemarnya atau tidak relate (sesuai) dengan kelompok anak muda jaman sekarang.

"Jauh (peminatnya dimbanding dahulu). Padahal ini keluarnya hanya pada saat bulan Ramadhan saja," kata penjual masakan legendaris tersebut, Isiqomah (64) dilansir dari Jatengnews.id--jaringan Suara.com, Minggu (31/3/2024).

Jika mulai penasaran, makanan ini merupakan salag satu makana khas Kota Semarang yang munculnya di bulan suci Ramadan.

Bahkan makanan khas yang mulai memasuki masa senja ini, tidak hanya satu jenis makanan melainkan tiga menu. Nama makanannya ‘petis bumbon, ketan biru dan coro santen’.

Makanan ini mungkin sudah mulai asing dikalangan anak muda dan kalah dengan junk food yang lebih menggoda.

Baca Juga: Sebelum Lakukan Perjalanan, Pemudik Bisa Pantau 100 Kamera CCTV di Jalur Tol Semarang-Batang, Ini Caranya

"Kalau sama tahun kemarin, ramai tahun kemarin. Yang beli rata-rata orang tua," paparnya.

Pada masa jayanya, menu ini memang diminati masyarakat luas hingga luar Kota Semarang. Namun sekarang, penjualan petis bumbon, ketan biru dan coro santan ini mengalami penurunan yang cukup drastis bahkan menurun hingga 50 persen dibanding tahun sebelumnya.

"Kalau sekarang 100-150 telur (petis bumbon) perharinya. Kalau coro sampai dua kilo dan ketan biru dua kilo juga. Dulu sampai penghabisan hingga lima kilogram (coro santan dan ketan biru)," paparnya.

Penurunan peminat makanan kuliner ini, kiranya mulai terasa pada Ramadhan tahu 2024 ini. Kiranya, perayaan Ramadhan kali ini tidak lebih ramai dibanding tahun sebelumnya.

Melihat kesempatan bisnis yang mulai sulit, akhirnya dia mulai mengembangkan bisnisnya dengan menawarkan menu lain seperti ada gudeg, opor dan lain sebagainya.

Hal ini, dibenarkan oleh Sekretaris Masjid Kauman, Muhaimin, bahwa memang situasinya tidak seperti dahulu.

"Kuliner khas sekarang masih ada tapi tidak khusus. Dulu kita fasilitasi tempat khusus disitu ada petis bumbon, ketan biru kemudian coro," ucapnya.

Makanan itu, memang menjadi makanan khas Kota Semarang yang saat ini memang mengalami berkurang peminatnya.

"Karena kalau mereka hanya jualan itu, katanya kurang begitu masuk (hitungan bisnisnya). Makanannya masih ada, cuman tidak khusus dan diselingi dengan jualan-jualan lainnya," jelasnya.

Load More