Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 02 April 2024 | 09:34 WIB
Silvia Wibisari, 28, pemilik UMKM Capella Luxury tas anyaman plastik. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

SuaraJawaTengah.id - Merintis usaha sejak muda tentu menjadi impian banyak orang. Hal itu dilakukan Silvia Wibisari, 28, pemilik UMKM Capella Luxury tas anyaman plastik.

Ditemui Suara.com, Silvia mengaku memulai usahanya membuat kerajinan tangan tas dan sovenir pada saat Pandemi Covid-19.

Wanita yang pernah bekerja pengurus yayasan sebuah sekolah itu, harus melakukan Work From Home (WFH) saat pandemi.

Hal itu lah yang membuatnya ingin terjun ke dunia usaha dengan membuat tas anyaman dari plastik.

Baca Juga: BRI Layani Penukaran Uang Baru di Kota Semarang , Ini Lokasinya

"berawal dari pandemi, aku pengen mencari pekerjaan dibidangku ya ini membuat tas anyaman plastik," ujarnya kepada Suara.com pada Selasa (2/4/2024).

Silvia menceritakan, sebelumnya ia kuliah sambil bekerja di sebuah yayasan sekolah swasta yang ada di Semarang. Ia pun akhirnya memutuskan keluar dan lebih memilih fokus membesarkan usahannya.

"Mulai nyaman dan 2023 lalu akhirnya keluar dari pekerjaan di sekolah itu," ujarnya.

Ia pun mengaku, dengan menekuni usahanya saat ini maka akan ikut serta membantu ekonomi masyarakat sekitarnya.

"Bekerja dengan membuat tas ini melibatkan 3 orang, aku lebih fleksible, dan sekarang bisa membantu perekonomian mereka," ujarnya.

Baca Juga: Perjuangan Jeni Hartati, UMKM Binaan BRI yang Lakukan Inovasi Resep Keluarga Saat Ekonomi Terpuruk

Produk UMKM Capella Luxury tas anyaman plastik. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

Pemasaran Tas Anyaman

Dengan profesi barunya ini, Silvia mengaku lebih nyaman dibanding bekerja di tempat sebelumnya. Bahkan, soal pemasaran tas yang ia buat juga tidak mengalami kendala.

"Pemasaran, aku online lewat marketplace, dan toko oleh-oleh di Semarang. Selain itu aku juga menerima costum eksklusif," ujarnya.

Dalam sehari, wanita berusia 28 tahun itu mengaki bisa membuat minimal satu tas. Selain itu tas yang ia buat dijual dari Rp100 sampai Rp450 tergantung kerumitannya.

"Dari Rumah BUMN ini aku pernah ikut BRI Preneur, kemarin sempat ada juga yang membeli dan dibawa ke luar negeri," ucapnya.

Selvia mengaku beruntung bisa bergabung dengan Rumah BUMN. Ia benar-benar memanfaatkan fasilitas yang diberikan.

"2020 lalu gabung ke rumah BUMN, aku disuport pelatihan, pameran, dan diajarkan untuk bisa eksport," ucapnya.

Ia pun berharap usahanya bisa lebiih berkembang lagi. Selain itu ia bermimpi tas buatannya itu bisa ekspor ke mancanagara.

Sementara itu, Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.

Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Semarang tersebut.

Load More