SuaraJawaTengah.id - Kenaikan harga kopi Kabupaten Temanggung tentu membawa berkah para petani. Apalagi kenaikan harga kopi mencapai sekitar 300 persen, yakni dari Rp22.500 hingga Rp27.500 per kilogram menjadi Rp73.000 hingga Rp85.000 per kilogram.
"Harga kopi naik hingga 300 persen jika di bandingkan dengan harga jual kopi di tahun 2021-2022," kata Kepala Desa Gemawang Musiran dikutip dari ANTARA di Temanggung, Senin (9/7/2024).
Menurut dia harga jual kopi ditentukan oleh kualitas, jika kopi petik campur atau sering disebut dengan kopi kualitas asalan harga jual Rp73.000, namun jika petiknya sudah merah semua maka harga bisa di atas Rp80.000 per kilogram.
"Harga tersebut belum disortir, kalau sudah disortir, yang jelek dan pecah sudah dipisah maka harga bisa lebih dari itu," katanya.
Baca Juga: Tawuran Gagal Berujung Perusakan Sepeda Motor, 17 Remaja di Temanggung Ditangkap
Ia menjelaskan, meningkatnya kualitas kopi memang tidak hanya tergantung dari proses pascapanen saja, namun juga tergantung dari perawatan dan pemilihan benih kopi yang teliti, sehingga selain kualitas juga akan meningkatkan kuantitas saat panen raya.
Musiran menyampaikan, selama ini petani kopi robusta di wilayahnya sudah mulai memperhatikan budidaya, dengan budidaya dan pemilihan benih yang bagus maka akan berimbas pada kualitas dan kuantitas kopi.
"Alhamdulillah dengan budidaya yang sudah kami lakukan dengan baik, perkiraan tahun ini ada peningkatan produksi sampai dengan 30 persen," katanya.
Ia menuturkan dengan budidaya yang baik maka dalam satu pohon kopi bisa menghasilkan sebanyak 10 kilogram kopi basah (kopi gelondong), bahkan bisa lebih manakala kondisi tanah, perawatan dan pemupukan dilakukan secara berkelanjutan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto menghimbau, agar petani kopi di Temanggung tetap mempertahankan kualitas kopi, selama ini kopi Temanggung dikenal sebagai kopi yang mempunyai kualitas terbaik.
Baca Juga: Menjaga Tradisi Nenek Moyang, Ribuan Petani Tembakau Ikuti Upacara Wiwit Tanam Tembakau
"Harus dipertahankan, jangan sampai karena harga jual kopi saat ini mahal, petani tidak lagi peduli dengan kualitas kopinya," katanya.
Ia menyampaikan, masa panen raya kopi robusta cukup panjang, karena petani harus menunggu kopi merah untuk dipanen.
Berita Terkait
-
Berkah Lebaran: Perajin Temanggung Sulap Keranjang Lokal Jadi Hampers Kue Kekinian
-
Inovasi Kopi Sirap: Metode Pengolahan Unik yang Bikin Kopi Lokal Makin Terkenal
-
Gender Integrity Pact, Wujud Nyata Pemberdayaan Perempuan di Desa Tretep
-
Kiprah Ravi Murdianto di Liga 4, Kebobolan 13 Gol dan Gagal Lolos ke Delapan Besar
-
Taman Wisata Posong, Wisata Alam Cocok untuk Liburan Keluarga di Temanggung
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
-
Nova Arianto: Ada 'Resep Rahasia' STY Saat Timnas Indonesia U-17 Hajar Korea Selatan
Terkini
-
Sejak Ikut dalam UMKM EXPO(RT), UMKM Unici Songket Silungkang Kini Tembus Pasar Internasional
-
Asal-Usul Penamaan Bulan Syawal, Ternyata Berkaitan dengan Unta
-
Insiden Kekerasan Terhadap Jurnalis di Semarang: Oknum Polisi Minta Maaf
-
BRI Hadirkan Posko BUMN dengan Fasilitas Kesehatan dan Hiburan Saat Arus Balik Lebaran 2025
-
Jurnalis Dipukul dan Diancam Ajudan Kapolri: Kebebasan Pers Terancam di Semarang