Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 20 November 2024 | 15:48 WIB
Ilustrasi pilkada. [Ist]

SuaraJawaTengah.id - Pakar komunikasi politik Effendi Gazali menekankan pentingnya membangun narasi positif berbasis nilai kebangsaan dan agama untuk mencegah dampak buruk politisasi agama dalam Pilkada 2024.

Ia mengingatkan bahwa penggunaan agama sebagai alat politik tidak hanya dapat mengganggu stabilitas politik tetapi juga menciptakan bias dalam pengambilan keputusan masyarakat.

"Isu komunikasi religiusitas kini tumbuh sebagai bidang ilmu yang perlu didiskusikan secara terbuka, bukan disembunyikan," ujar Effendi dikutip dari ANTARA di Semarang pada Rabu (20/11/2024).

Effendi menyoroti bahwa politisasi agama sering kali mengubah makna pesan keagamaan menjadi bias, sehingga mendorong masyarakat untuk memandang pandangan tertentu sebagai kebenaran mutlak. Fenomena ini, menurutnya, melemahkan obyektivitas dan menciptakan pengukuran nilai-nilai seperti keadilan dan hak asasi berdasarkan narasi politik.

Baca Juga: Prabowo Dukung Cagub Jateng, Bawaslu Telusuri Potensi Pelanggaran Netralitas Presiden

Sebagai strategi komunikasi politik tingkat tinggi, politisasi agama memanfaatkan klaim penderitaan dan ketidakadilan yang dikaitkan dengan nilai-nilai agama untuk meraih simpati.

Dalam konteks era keterbukaan informasi, upaya melawan fenomena ini menjadi lebih sulit karena aspek religius tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial dan politik.

Untuk itu, Effendi menyerukan perlunya keterlibatan aktif tokoh agama yang sejuk dan diterima masyarakat untuk menjaga stabilitas sosial dan memperkuat persatuan bangsa.

Selain itu, ia menegaskan pentingnya edukasi bagi generasi muda agar lebih kritis terhadap informasi di media sosial dan memahami dampak politisasi agama.

"Media sosial adalah kata kunci bagi generasi muda. Kita perlu mengajak mereka peduli dengan isu ini," ujar Effendi.

Baca Juga: Target Menang di Pilkada! Kaesang Pangarep Kerahkan Pengusaha Muda Door to Door di Semarang

Ia juga mendorong diskusi positif di berbagai lingkungan, seperti rumah, kampus, dan ruang digital, untuk mengimbangi narasi negatif yang berpotensi memecah belah masyarakat.

Menurutnya, kesadaran kolektif ini akan menjadi langkah penting dalam menjaga harmoni sosial di tengah dinamika politik yang semakin kompleks.

Load More