Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 06 Desember 2024 | 08:59 WIB
Teater Gema Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menyajikan pertunjukan teater dengan naskah Where the Cross is Made karya Eugene O’Neill di Gedung Balairung UPGRIS, Kamis (5/11). [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Teater Gema Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menggelar pementasan teater Where the Cross is Made karya Eugene O’Neill yang berhasil mengundang antusiasme tinggi dari lebih dari 1.000 penonton di Gedung Balairung UPGRIS, Kamis (5/11/2024).

Pementasan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga medium refleksi tentang dampak pola asuh obsesif terhadap anak.

Disutradarai oleh Afrian Baskoro, naskah drama satu babak terbitan 1923 tersebut diterjemahkan oleh Kartikawati, asisten sutradara. Dengan latar rumah berbentuk kapal besar dan ilustrasi musik akrobatik, pertunjukan berdurasi 90 menit ini membawa penonton memasuki dunia kompleks para karakter, khususnya Nat Bartlett yang hidup di bawah bayang-bayang obsesi ayahnya, Kapten Isaiah Bartlett.

"Pentas ini mengangkat isu parenting dan bagaimana pola asuh yang obsesif dapat menyebabkan trauma pada anak, seperti yang dialami tokoh Nat," ujar Baskoro.

Baca Juga: Semarang Diprakirakan Diguyur Hujan Ringan, Warga Diminta Waspada

Ia berharap pementasan ini bisa menjadi pengingat bagi para orang tua untuk lebih bijak dalam membesarkan anak-anak mereka.

Meski berasal dari naskah klasik, Where the Cross is Made dipilih karena relevansi tematiknya dengan fenomena sosial saat ini.

"Kegelisahan tentang hubungan orang tua-anak tetap aktual dan dekat dengan kehidupan masyarakat modern," tambah Baskoro.

Akhmad Sofyan Hadi alias Ian, seorang guru sekaligus ayah dari Kendal, turut berperan sebagai Kapten Isaiah Bartlett. Baginya, pentas ini tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang batas antara kenyataan dan ilusi yang dapat kabur akibat obsesi.

Pertunjukan ini disaksikan oleh beragam elemen masyarakat, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pecinta seni dari luar Kota Semarang.

Baca Juga: Kembali ke Stadion Jatidiri, PSIS Semarang Siap Bangkit di Liga 1 2024/2025

“Kami bangga melihat antusiasme yang luar biasa dari penonton, baik seniman maupun masyarakat umum. Semoga pertunjukan ini menjadi tontonan yang juga memberikan tuntunan,” kata Ahmad Ripai, pembina Teater Gema.

Load More