Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 11 Februari 2025 | 07:57 WIB
Kaswi, Warga Desa Sidorejo, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, berhasil mengolah kotoran sapi menjadi biogas untuk keperluan memasak, Senin (10/2/2025). (suara.com/ Sigit AF)

SuaraJawaTengah.id - Kelangkaan LPG 3 Kg, tidak dirasakan oleh Kaswi, 49, warga Desa Sidorejo, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak. Dia mengaku telah lama memutus ketergantungan pada LPG yang disediakan pemerintah.

Memanfaatkan limbah kotoran sapi di belakang rumah, Kaswi berhasil menciptakan biogas yang aman digunakan untuk keperluan memasak sehari-hari.

Ide mengolah kotoran sapi menjadi biogas telah muncul di benaknya delapan tahun silam. Ketika itu, dia resah lantaran banyak kotoran sapi di kandang miliknya yang kurang dimanfaatkan.

Ide itu ternyata disambut baik oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Demak yang kemudian memberikan bantuan untuk pembangunan tempat biogas di kandang sapinya.

Baca Juga: Demak Banjir! Tanggul Jebol, Ratusan Rumah Terendam

"Idenya dari saya sendiri, kemudian dapat dari pemda. Sekitar delapan tahun yang lalu sudah dikunjungi Pak Ganjar Pranowo (gubernur Jawa Tengah saat itu)," katanya saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Senin (10/2/2025).

Saat ini, Kaswi memiliki 16 ekor sapi di kandangnya. Setiap hari, limbah kotoran sapi yang dihasilkan ditampung ke lubang penampungan yang telah dibangun di bawah kandangnya.

Tempat penampungan itu berukuran 8 kubik yang sudah tertutup rapat dengan lubang kecil untuk mengalirkan biogas. Untuk mengalirkan gas tersebut, Kaswi memakai pipa pralon yang dihubungkan ke dapur rumah.

Sejak memakai biogas ciptaannya sendiri, dia mengklaim lebih hemat karena tidak lagi membeli LPG, kecuali untuk keperluan mendesak seperti tasyakuran.

"Ini lebih murah, produksi sendiri. Biaya satu kali, manfaatnya seumur hidup," ujarnya.

Baca Juga: Raden Patah: Raja Pertama Kesultanan Demak yang Berdarah Tionghoa

Kaswi berencana memindah kandang sapinya ke tempat yang lebih luas. Dengan kelangkaan gas melon seperti saat ini, banyak warga yang mengantre untuk melakukan instalasi biogas.

"Banyak warga yang mau juga menikmati biogas buatan saya. Kalau di saya cukup bayar biaya instalasi," ucapnya.

Puluhan Rumah Manfaatkan Biogas

Kandang milik Kaswi, bukan satu-satunya yang memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Tercatat, ada lima kandang di Desa Sidorejo yang melakukan hal serupa.

Pemanfaatan biogas di sana tidak hanya untuk kebutuhan pribadi melainkan juga dinikmati warga secara umum.

"Sekitar 30-an rumah di Desa Sidorejo memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk keperluan memasak," kata Ahmadi, anggota Kelompok Tani dan Peternak Desa Sidorejo.

Selain mengurangi polusi bau, energi alternatif ini juga murah untuk dinikmati. Bagi warga yang rumahnya berdekatan dengan kandang sapi, bisa berlangganan dengan membayar Rp 15 ribu per bulan.

"Biogas ini murah meriah," katanya.

Tantangan Mengubah Pola Pikir Warga

Kendati energi alternatif berupa biogas dari kotoran sapi dapat dinikmati dengan harga murah, sayangnya banyak yang enggan menggunakannya.

Sebagian besar warga masih menganggap biogas mengeluarkan bau tidak sedap sehingga tidak mau memakainya.

"Mengubah pola pikir warga sulit. Biogas ini dianggap bau, padahal tidak asalkan pipa penghubung tertutup rapat," kata Ahmadi.

Selain untuk keperluan memasak, biogas di Desa Sidorejo juga bisa menghasilkan tenaga listrik untuk kebutuhan rumah tangganya. Sementara sisa dari kotoran sapi masih bisa dimanfaatkan sebagai  pupuk organik yang bagus untuk tanaman.

"Jadi tidak ada yang terbuang dari kotoran sapi," katanya.

Kelangkaan LPG di Demak Sempat  Memakan Korban Jiwa

Kendaraan Tri Lestari, Warga Dempet, Kecamatan Dempet, Demak, yang meninggal dunia saat mencari LPG 3 Kg, Selasa (4/2/2025). (suara.com/Sigit AF)

Kelangkaan gas melon di Kabupaten Demak sudah terjadi sejak 1 Februari 2025 dan masih terjadi hingga kini. Pada Selasa (4/2/2025) sekitar pukul 08.00 WIB, seorang ibu rumah, Tri Lestari, 48, warga Desa Dempet Demak, yang  mencari gas melon mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia.

Awalnya, Lestari mencari LPG 3 kg di Pasar Dempet untuk keperluan suami yang bekerja sebagai penjual pentol keliling. Karena tidak mendapatkannya, dia kemudian mencari ke wilayah Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.

Meski sudah mencari jauh hingga luar kota, Lestari masih tidak mendapatkan LPG sehingga memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan saat melintasi Jalan Raya Semarang-Grobogan tepatnya di KM 34, dia yang menyalip sebuah truk oleng dan terjatuh. Lestari meninggal di tempat dengan luka berat.

Kontributor : Sigit Aulia Firdaus

Load More