SuaraJawaTengah.id - Kelangkaan LPG 3 Kg, tidak dirasakan oleh Kaswi, 49, warga Desa Sidorejo, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak. Dia mengaku telah lama memutus ketergantungan pada LPG yang disediakan pemerintah.
Memanfaatkan limbah kotoran sapi di belakang rumah, Kaswi berhasil menciptakan biogas yang aman digunakan untuk keperluan memasak sehari-hari.
Ide mengolah kotoran sapi menjadi biogas telah muncul di benaknya delapan tahun silam. Ketika itu, dia resah lantaran banyak kotoran sapi di kandang miliknya yang kurang dimanfaatkan.
Ide itu ternyata disambut baik oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Demak yang kemudian memberikan bantuan untuk pembangunan tempat biogas di kandang sapinya.
Baca Juga: Demak Banjir! Tanggul Jebol, Ratusan Rumah Terendam
"Idenya dari saya sendiri, kemudian dapat dari pemda. Sekitar delapan tahun yang lalu sudah dikunjungi Pak Ganjar Pranowo (gubernur Jawa Tengah saat itu)," katanya saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Senin (10/2/2025).
Saat ini, Kaswi memiliki 16 ekor sapi di kandangnya. Setiap hari, limbah kotoran sapi yang dihasilkan ditampung ke lubang penampungan yang telah dibangun di bawah kandangnya.
Tempat penampungan itu berukuran 8 kubik yang sudah tertutup rapat dengan lubang kecil untuk mengalirkan biogas. Untuk mengalirkan gas tersebut, Kaswi memakai pipa pralon yang dihubungkan ke dapur rumah.
Sejak memakai biogas ciptaannya sendiri, dia mengklaim lebih hemat karena tidak lagi membeli LPG, kecuali untuk keperluan mendesak seperti tasyakuran.
"Ini lebih murah, produksi sendiri. Biaya satu kali, manfaatnya seumur hidup," ujarnya.
Baca Juga: Raden Patah: Raja Pertama Kesultanan Demak yang Berdarah Tionghoa
Kaswi berencana memindah kandang sapinya ke tempat yang lebih luas. Dengan kelangkaan gas melon seperti saat ini, banyak warga yang mengantre untuk melakukan instalasi biogas.
"Banyak warga yang mau juga menikmati biogas buatan saya. Kalau di saya cukup bayar biaya instalasi," ucapnya.
Puluhan Rumah Manfaatkan Biogas
Kandang milik Kaswi, bukan satu-satunya yang memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Tercatat, ada lima kandang di Desa Sidorejo yang melakukan hal serupa.
Pemanfaatan biogas di sana tidak hanya untuk kebutuhan pribadi melainkan juga dinikmati warga secara umum.
"Sekitar 30-an rumah di Desa Sidorejo memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk keperluan memasak," kata Ahmadi, anggota Kelompok Tani dan Peternak Desa Sidorejo.
Selain mengurangi polusi bau, energi alternatif ini juga murah untuk dinikmati. Bagi warga yang rumahnya berdekatan dengan kandang sapi, bisa berlangganan dengan membayar Rp 15 ribu per bulan.
"Biogas ini murah meriah," katanya.
Tantangan Mengubah Pola Pikir Warga
Kendati energi alternatif berupa biogas dari kotoran sapi dapat dinikmati dengan harga murah, sayangnya banyak yang enggan menggunakannya.
Sebagian besar warga masih menganggap biogas mengeluarkan bau tidak sedap sehingga tidak mau memakainya.
"Mengubah pola pikir warga sulit. Biogas ini dianggap bau, padahal tidak asalkan pipa penghubung tertutup rapat," kata Ahmadi.
Selain untuk keperluan memasak, biogas di Desa Sidorejo juga bisa menghasilkan tenaga listrik untuk kebutuhan rumah tangganya. Sementara sisa dari kotoran sapi masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bagus untuk tanaman.
"Jadi tidak ada yang terbuang dari kotoran sapi," katanya.
Kelangkaan LPG di Demak Sempat Memakan Korban Jiwa
Kelangkaan gas melon di Kabupaten Demak sudah terjadi sejak 1 Februari 2025 dan masih terjadi hingga kini. Pada Selasa (4/2/2025) sekitar pukul 08.00 WIB, seorang ibu rumah, Tri Lestari, 48, warga Desa Dempet Demak, yang mencari gas melon mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia.
Awalnya, Lestari mencari LPG 3 kg di Pasar Dempet untuk keperluan suami yang bekerja sebagai penjual pentol keliling. Karena tidak mendapatkannya, dia kemudian mencari ke wilayah Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.
Meski sudah mencari jauh hingga luar kota, Lestari masih tidak mendapatkan LPG sehingga memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan saat melintasi Jalan Raya Semarang-Grobogan tepatnya di KM 34, dia yang menyalip sebuah truk oleng dan terjatuh. Lestari meninggal di tempat dengan luka berat.
Kontributor : Sigit Aulia Firdaus
Berita Terkait
-
Pemprov Akan Larang Warga Non-DKI Beli Gas LPG 3 Kg di Jakarta, Bakal Dicek Lewat QR Code
-
Gas Melon Picu Perang Dingin Gerindra-Golkar? Rocky Gerung Bongkar Potensi Keretakan Kabinet Prabowo
-
Viral Pria Pakai Koper Kaleng Kerupuk dan Tas Gas Elpiji 3 Kilogram di Bandara
-
Susi Pudjiastuti Tertawa Ngakak usai Raffi Ahmad Bantah Timbun Gas Melon, Netizen: Tolong Tenggelamkan, Bu!
-
Kelangkaan Gas LPG 3 Kg Diduga Pengalihan Isu Pagar Laut, Said Didu Soroti Ucapan Menteri KKP
Terpopuler
- Sambil Menangis, Ivan Gunawan Ungkap Peran Desy Ratnasari buat Kariernya: Teteh Satu-satunya Artis..
- Diduga Bakal Mangkrak, Kunto Aji Sentil Momen Jokowi Pamer Investor IKN: Pak Kok Saya Gak Diajak..
- Simon Tahamata: Giovanni van Bronckhorst Berminat
- Jejak Hitam Razman Arif Nasution: Dipecat Kongres Advokat Indonesia, Gelar Pengacara Diragukan
- Sosok Soeharto Djojonegoro, Anak Bos OT Group Suami Caroline Riady yang Pulang Kerja Dijemput Helikopter
Pilihan
-
Akademisi Sampai Kesal Jawaban Jokowi Saat Ditanya IKN Selalu Menghindar: Seperti Biasa
-
Perguruan Tinggi Dapat Izin Tambang, Ancaman bagi Independensi Akademik?
-
Efisiensi Anggaran, Yuk Bisa Yuk!
-
Statistik Mengerikan Iran U-20, Lawan Perdana Timnas Indonesia U-20
-
Jangan Lupa! Tiket Kereta Api Lebaran Mulai Bisa Dipesan, Ini Jadwalnya
Terkini
-
7 Ide Kado Valentine untuk Ibu Tercinta yang Penuh Makna
-
10 Warteg Terkenal di Semarang yang Wajib Dikunjungi
-
Hujan Ringan Diprakirakan Guyur Semarang, Warga Diminta Waspada
-
Industri Telekomunikasi Memasuki Masa Sulit, Indosat Justru Melesat dengan Pertumbuhan Signifikan
-
Cerita Warga Sidorejo Demak, Olah Kotoran Sapi Jadi Biogas, Tak Ikut Pusing LPG Langka