SuaraJawaTengah.id - Kampung Pekojan Semarang merupakan salah satu kawasan bersejarah yang menyimpanJejak Pedagang Muslim India atau peradaban masa lalu. Terletak di pusat kota, dekat dengan kawasan Pecinan dan Kota Lama, kampung ini menjadi saksi perjalanan panjang perdagangan dan migrasi di Nusantara.
Dahulu, kawasan ini dihuni oleh para pedagang Muslim dari India yang membawa budaya, tradisi, serta ajaran Islam ke Semarang.
Seiring waktu, Kampung Pekojan berkembang menjadi pemukiman yang unik dengan perpaduan arsitektur, kuliner, dan kehidupan sosial yang khas. Jejak sejarahnya masih dapat ditemukan hingga kini, menjadikannya bagian penting dari identitas budaya Semarang.
Asal Usul Kampung Pekojan
Kampung Pekojan di Semarang merupakan salah satu kawasan bersejarah yang mencerminkan akulturasi budaya antara pedagang Muslim dari India dan masyarakat lokal.
Nama "Pekojan" berasal dari kata "Koja," yang merujuk pada para pedagang Muslim dari Gujarat, India. Mereka datang ke Nusantara, termasuk Semarang, sejak abad ke-18 untuk berdagang dan menyebarkan Islam.
Sebagai kota pelabuhan yang ramai, Semarang menjadi salah satu tujuan utama para pedagang asing. Masyarakat Koja yang datang menetap di sekitar Kali Semarang, sebuah lokasi strategis yang dekat dengan pusat perdagangan dan pemerintahan kolonial pada masa itu.
Keberadaan mereka akhirnya membentuk sebuah komunitas yang disebut Kampung Pekojan.
Perkembangan pada Masa Kolonial
Baca Juga: Jangan Sampai Ketinggalan! Jadwal Imsak Semarang 8 Maret 2025
Pada masa kolonial Belanda, kawasan ini berkembang menjadi pemukiman bagi pedagang Muslim dari India serta keturunan Arab. Mereka membangun berbagai infrastruktur, termasuk Masjid Jami Pekojan yang berdiri sejak abad ke-18.
Masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat Muslim di kawasan tersebut.
Di era kolonial, Kampung Pekojan juga menjadi bagian dari kebijakan segregasi etnis yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Seperti halnya Pecinan yang dihuni mayoritas masyarakat Tionghoa, Pekojan menjadi pusat komunitas Muslim keturunan India dan Arab.
Meski demikian, hubungan antara komunitas di kawasan ini tetap harmonis, terutama karena adanya interaksi perdagangan dan budaya yang erat.
Pengaruh Budaya dan Tradisi
Kehadiran masyarakat Koja di Semarang tidak hanya meninggalkan jejak dalam aspek permukiman dan perdagangan, tetapi juga dalam tradisi kuliner dan budaya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan