Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 12 Maret 2025 | 10:25 WIB
Ilustrasi Pengurus masjid saat menyiapkan bubur India sebagai tradisi sajian berbuka puasa di Masjid Jami Pekojan, Purwodinatan, Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan

SuaraJawaTengah.id - Kampung Pekojan Semarang merupakan salah satu kawasan bersejarah yang menyimpanJejak Pedagang Muslim India atau peradaban masa lalu. Terletak di pusat kota, dekat dengan kawasan Pecinan dan Kota Lama, kampung ini menjadi saksi perjalanan panjang perdagangan dan migrasi di Nusantara.

Dahulu, kawasan ini dihuni oleh para pedagang Muslim dari India yang membawa budaya, tradisi, serta ajaran Islam ke Semarang.

Seiring waktu, Kampung Pekojan berkembang menjadi pemukiman yang unik dengan perpaduan arsitektur, kuliner, dan kehidupan sosial yang khas. Jejak sejarahnya masih dapat ditemukan hingga kini, menjadikannya bagian penting dari identitas budaya Semarang.

Asal Usul Kampung Pekojan

Baca Juga: Jangan Sampai Ketinggalan! Jadwal Imsak Semarang 8 Maret 2025

Kampung Pekojan di Semarang merupakan salah satu kawasan bersejarah yang mencerminkan akulturasi budaya antara pedagang Muslim dari India dan masyarakat lokal.

Nama "Pekojan" berasal dari kata "Koja," yang merujuk pada para pedagang Muslim dari Gujarat, India. Mereka datang ke Nusantara, termasuk Semarang, sejak abad ke-18 untuk berdagang dan menyebarkan Islam.

Sebagai kota pelabuhan yang ramai, Semarang menjadi salah satu tujuan utama para pedagang asing. Masyarakat Koja yang datang menetap di sekitar Kali Semarang, sebuah lokasi strategis yang dekat dengan pusat perdagangan dan pemerintahan kolonial pada masa itu.

Keberadaan mereka akhirnya membentuk sebuah komunitas yang disebut Kampung Pekojan.

Perkembangan pada Masa Kolonial

Baca Juga: 5 Makam Keramat di Semarang yang Ramai Diziarahi Saat Ramadan

Pada masa kolonial Belanda, kawasan ini berkembang menjadi pemukiman bagi pedagang Muslim dari India serta keturunan Arab. Mereka membangun berbagai infrastruktur, termasuk Masjid Jami Pekojan yang berdiri sejak abad ke-18.

Masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat Muslim di kawasan tersebut.

Di era kolonial, Kampung Pekojan juga menjadi bagian dari kebijakan segregasi etnis yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Seperti halnya Pecinan yang dihuni mayoritas masyarakat Tionghoa, Pekojan menjadi pusat komunitas Muslim keturunan India dan Arab.

Meski demikian, hubungan antara komunitas di kawasan ini tetap harmonis, terutama karena adanya interaksi perdagangan dan budaya yang erat.

Pengaruh Budaya dan Tradisi

Kehadiran masyarakat Koja di Semarang tidak hanya meninggalkan jejak dalam aspek permukiman dan perdagangan, tetapi juga dalam tradisi kuliner dan budaya.

Salah satu tradisi yang masih bertahan hingga kini adalah penyajian Bubur India saat bulan Ramadan di Masjid Jami Pekojan. Makanan ini merupakan warisan budaya dari para pendatang asal India yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat.

Selain itu, arsitektur di Kampung Pekojan juga mencerminkan pengaruh budaya Timur Tengah dan India. Bangunan-bangunan tua dengan ciri khas jendela besar dan ukiran kayu yang rumit masih dapat ditemukan, meskipun banyak yang telah mengalami perubahan seiring perkembangan zaman.

Kampung Pekojan di Era Modern

Seiring perkembangan kota Semarang, Kampung Pekojan mengalami perubahan signifikan. Banyak bangunan lama yang tergantikan dengan bangunan modern, dan komunitas asli keturunan India semakin berkurang.

Namun, peninggalan sejarah seperti Masjid Jami Pekojan tetap menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu kawasan ini.

Upaya pelestarian sejarah Kampung Pekojan terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah dan komunitas lokal. Keberadaan kampung ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah perdagangan Semarang, tetapi juga simbol keberagaman dan toleransi budaya di Indonesia.

Kampung Pekojan Semarang adalah bukti nyata bagaimana perdagangan dan migrasi membentuk identitas suatu kawasan.

Dari pusat komunitas pedagang Muslim India hingga menjadi bagian dari sejarah kota Semarang, Kampung Pekojan tetap menyimpan nilai sejarah dan budaya yang penting.

Pelestarian kawasan ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menjaga warisan sejarah bagi generasi mendatang.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More