Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 28 Maret 2025 | 10:37 WIB
Ilustrasi ketupat yang menjadi tradisi lebaran di Indonesia. [ChatGPT]

Beras dalam Ketupat Beras yang digunakan dalam ketupat melambangkan kesucian hati setelah meminta maaf dan memaafkan. Nasi putih yang dihasilkan setelah ketupat matang juga dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Sejarah Lebaran Ketupat Selain memperkenalkan ketupat, Sunan Kalijaga juga mengembangkan tradisi Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Kata bakda berarti "setelah," sehingga dua perayaan ini dilakukan setelah Idul Fitri.

  • Bakda Lebaran: Dirayakan pada 1 Syawal sebagai momen silaturahmi dan saling memaafkan.
  • Bakda Kupat: Dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri, tepatnya pada hari ke-8 bulan Syawal. Dalam tradisi ini, masyarakat membuat dan membagikan ketupat kepada kerabat serta tetangga sebagai simbol kebersamaan.

Variasi Ketupat di Nusantara Ketupat memiliki banyak variasi di berbagai daerah Indonesia, di antaranya:

  • Ketupat Bareh (Sumatera Barat) – Terbuat dari beras ketan dan lebih kenyal dibandingkan ketupat biasa.
  • Ketupat Sipulut (Kalimantan) – Berbahan dasar ketan dan biasanya disajikan dengan lauk khas daerah.
  • Ketupat Katan Kapau (Minangkabau) – Dihidangkan bersama rendang atau gulai.
  • Ketupat Cabuk Rambak (Solo) – Disajikan dengan saus wijen dan kerupuk kulit.

Ketupat bukan hanya makanan khas Lebaran, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam budaya Islam dan tradisi Nusantara. Dari bentuknya hingga bahan pembuatannya, semua mengandung filosofi yang mengajarkan tentang kesucian hati, kebersamaan, dan pentingnya saling memaafkan.

Baca Juga: Sambut Pemudik di Jawa Tengah dan DIY, Telkomsel Siapkan Jaringan Andal

Dengan sejarah yang panjang sejak zaman Kerajaan Demak, ketupat tetap menjadi simbol Lebaran yang tak lekang oleh waktu.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More