SuaraJawaTengah.id - Jejak perjuangan KH Thohir, seorang ulama kharismatik dari Penggaron, Semarang, yang dikenal sebagai mursyid thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah sekaligus pejuang kemerdekaan, kembali mengemuka dalam peringatan haul ke-57 beliau yang digelar Jumat malam, 18 April 2025.
Acara ini diselenggarakan oleh keluarga besar almarhum, dipimpin KH Yusuf Masykuri, cucu KH Thohir sekaligus pengasuh Pondok Pesantren at-Thohiriyyah.
Haul yang dirangkai dengan pembekalan calon jamaah haji dari KBIH al-Muna ini dihadiri ratusan jamaah dari berbagai kalangan. Dalam sambutannya, KH Yusuf Masykuri menekankan bahwa KH Thohir bukan hanya sosok pendidik dan ulama, tetapi juga tokoh perlawanan terhadap penjajah Belanda di wilayah Semarang timur.
"Beliau adalah pelopor pergerakan masyarakat Penggaron dalam menghadapi penjajah. Perjuangannya penting untuk dikenang dan dijadikan teladan bagi generasi muda," ujarnya.
Pemerintah dan masyarakat telah mengabadikan nama KH Thohir sebagai nama jalan penghubung Penggaron Kidul dan Lor, sebuah bentuk penghormatan atas jasanya. Namun kini, muncul wacana lebih besar: mengusulkan beliau sebagai Pahlawan Nasional.
Latar Belakang dan Kiprah Keilmuan
KH Thohir lahir dari pasangan Mbah Mertojoyo di Dukuh Teguhan, Wringinjajar, Mranggen, Kabupaten Demak. Sejak muda, ia menimba ilmu ke berbagai pesantren hingga ke tanah suci Makkah. Ia dikenal sebagai ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu agama seperti tafsir, hadits, nahwu, shorof, hingga balaghah.
Semasa di Makkah, KH Thohir juga mendapat baiat thoriqoh dari Syekh Asro, murid dari Syekh Ali Ridlo. Sekembalinya ke tanah air, beliau diangkat menjadi mursyid thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah dan mendirikan pesantren al-Muarifah sebagai pusat pendidikan dan pembinaan santri serta murid thoriqoh.
Tak hanya mengajarkan ilmu, beliau juga membimbing spiritual melalui kegiatan suluk dan tawajuhan. Jumlah murid thoriqohnya tersebar ke berbagai daerah hingga luar Semarang.
Baca Juga: Makam Keramat di Tengah Taman Hiburan Terbengkalai: Kisah Mistis Wonderia Semarang
Perlawanan Terhadap Penjajah
Setelah proklamasi kemerdekaan, masyarakat Indonesia harus kembali menghadapi ancaman penjajahan dari Belanda.
Di wilayah Semarang bagian timur, yang kala itu masih menjadi bagian Kabupaten Demak, terjadi mobilisasi besar-besaran dalam menyusun kekuatan rakyat.
KH Thohir bersama para santri dan tokoh setempat membentuk basis perlawanan. Rumah beliau dijadikan markas laskar Hizbullah dan Sabilillah. Tiga kali rumahnya digempur dan dihancurkan Belanda, termasuk pembakaran kitab-kitab ulama yang sangat berharga.
Karena kekuatan senjata yang timpang, KH Thohir dan warga akhirnya mengungsi ke daerah Bulusari, Demak, sambil tetap menggalang kekuatan perlawanan.
Wilayah-wilayah seperti Bugen dan Bangetayu juga menjadi saksi kekejaman Belanda. Pada 1946, sebanyak 74 pejuang yang bermarkas di Bugen gugur dalam serangan besar-besaran.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan