Budi Arista Romadhoni
Selasa, 22 April 2025 | 19:53 WIB
Ilustrasi teror pocong. [YouTube/Lentera Malam]

Begitu dua langkah mendekat, sosok yang sedang jongkok itu tiba-tiba berdiri dan memutar tubuhnya secara perlahan. Joni menjerit, lari membabi buta, dan jatuh sakit selama beberapa hari. Ia bertanya-tanya, “Gue salah apa sih sama Pak Beni? Kok gue terus yang diteror?”

Pada malam ke-40, anak-anak kampung berkumpul untuk membakar singkong. Mereka menemukan singkong yang ukurannya tak masuk akal, sebesar paha anak kecil. Saat sedang membersihkan singkong tersebut, salah satu anak menjerit. Ia melihat jahitan seperti bekas luka pada singkong itu.

Tak lama, sosok berjubah putih muncul. Wajahnya bersih, seperti ulama. Bukan lagi pocong berdarah, tapi pria berwajah damai yang berdiri menatap mereka. Anak-anak yakin, itu Pak Beni. Teror kembali menyebar.

Beberapa hari kemudian, Bang Udin bermimpi didatangi Pak Beni. Dalam mimpi itu, Pak Beni berkata, “Tolongin Bang, ada yang tertinggal di diri saya.”

Bang Udin melapor ke ketua RT. Setelah berdiskusi dan meminta izin keluarga, makam Pak Beni dibongkar dengan pengawasan polisi dan tim forensik. Jasad masih utuh, namun ditemukan gigi emas di rahang belakang.

“Katanya itu yang bikin arwahnya gelisah. Setelah gigi itu diambil, alhamdulillah enggak ada teror lagi,” kata Arsel.

Namun, desas-desus pun bermunculan. Banyak warga mengira gigi emas itu adalah susuk. Padahal menurut keluarga, itu hanya gigi palsu biasa yang memang umum dipakai orang zaman dulu.

Warung bakso milik Pak Beni pun akhirnya tutup. Kampung kembali normal, tapi kenangan akan teror pocong tak pernah benar-benar hilang.

“Buat saya, ini pelajaran. Kalau kita punya sesuatu yang penting, sampaikan ke keluarga. Jangan sampai... ada yang tertinggal dan kita enggak bisa bilang,” tutup Arsel.

Baca Juga: Link Saldo DANA Kaget Sabtu 19 April 2025: Rebut Kesempatan dapat Uang hingga Ratusan Ribu Rupiah

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More