Dikutip dari paper penelitian berjudul “Tibetan Tantric Buddhism: Envisioning Death”, ritual pemakaman (termasuk kremasi) membantu pikiran orang yang meninggal untuk berhasil meninggalkan tubuh.
Ruh orang yang meninggal kemudian memasuki bardo atau alam antara yang mengarah pada kelahiran kembali.
Pemakaman Kremasi
'Kremasi atau penguburan api dianggap hanya dilakukan oleh orang kaya atau biksu senior. Hal ini berlaku di tempat-tempat yang tidak memiliki banyak kayu. Tetapi bagi masyarakat Deng dan Sherpa, pembakaran adalah praktik pemakaman yang paling menonjol karena banyaknya pohon."
Buddha Tantrayana juga mengenal pemakaman stupa yang merupakan ritual pemakaman paling mulia di Tibet.
Hanya lama tingkat tinggi, seperti Dalai Lama dan Panchan Lama, serta Buddha Hidup yang dimakamkan dengan cara ini.
Pemakaman stupa sebenarnya merupakan jenis mumifikasi karena mayat yang dibalsem dikeringkan dan dibungkus dengan ramuan dan rempah-rempah langka.
Kemudian, jenazah dibawa ke stupa untuk diawetkan dan dipuja. Jenis stupa tempat tinggal Lama bergantung pada tingkat spiritualnya, apakah terbuat dari emas, logam mulia lainnya, kayu, atau tanah.
Borobudur Pusat Spiritual
Baca Juga: Bahas Peringatan Waisak 2023 di Borobudur, Perwakilan Umat Buddha Temui Ganjar Pranowo
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Umat Buddha, Kementerian Agama RI, Supriyadi menjelaskan bahwa kremasi adalah proses yang dipilih untuk membantu penyempurnaan diri setelah meninggal.
"Kremasi hanya satu proses untuk mencapai kesempurnaan fisik sehingga terbebas dari fisiknya (saat) ini. Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang tercipta tidak kekal adanya," kata Supriyadi.
Setelah meninggal manusia akan melakukan perjalanan rohani hingga bisa mencapai kebahagiaan.
Bagi umat Buddha, apabila kebajikan ditanamkan terus menerus, harapannya orang yang melakukan kebaikan akan mencapai pencerahan.
Menjawab pertanyaan apakah Bukit Dagi selanjutnya akan dipakai sebagai lokasi kremasi, menurut Supriyadi kremasi di lokasi sakral ini hanya akan diperuntuka bagi para tokoh Buddha yang memiliki andil besar kepada umat.
"Ini tempat yang sakral. Kebijakannya (penggunaan lokasi untuk kremasi) ada di ranah TWB (Taman Wisata Borobudur) dan TWC. Kami berharap tempat yang sakral ini diperuntukan bagi para tokoh yang punya peran besar bagi umat."
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Gubernur Ahmad Luthfi Ajak Para Perantau Bangun Kampung Halaman
-
Geser Oleh-Oleh Jadul? Lapis Kukus Kekinian Ini Jadi Primadona Baru dari Semarang
-
10 Nasi Padang Paling Mantap di Semarang untuk Kulineran Akhir Pekan
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako bagi Masyarakat dalam Program BRI Menanam Grow & Green
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan