SuaraJawaTengah.id - Di tengah berbagai janji pemerataan pembangunan, masih banyak potret pendidikan yang jauh dari kata layak.
Salah satunya datang dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di SD Negeri Karangbale 01, Kecamatan Larangan, puluhan siswa kelas 2 harus menjalani proses belajar mengajar bukan di dalam kelas, melainkan di teras masjid.
Padahal, sekolah ini berstatus sebagai sekolah negeri. Namun karena keterbatasan ruang belajar, para siswa terpaksa belajar di luar ruangan. Gedung sekolah yang tersedia hanya memiliki enam ruangan.
Lima ruangan digunakan untuk kelas 1, 3, 4, 5, dan 6, sementara satu ruangan lainnya difungsikan sebagai ruang guru dan kepala sekolah.
“Mereka terpaksa belajar di luar ruangan karena tidak memiliki ruang kelas. Bangunan gedung sekolah yang hanya memiliki 6 ruangan itu digunakan 5 ruang kelas untuk belajar siswa dan satu ruangan lainnya digunakan sebagai ruang guru dan kepala sekolah itu,” tulis Instagram @KabarPemalang.
Situasi ini bukan hanya mencerminkan masalah infrastruktur, tapi juga mencerminkan persoalan sistemik yang sudah berlangsung lama: pendidikan dasar belum menjadi prioritas utama.
Siswa-siswi yang masih duduk di bangku kelas 2, yang mestinya mendapat perhatian khusus karena masih berada dalam fase pembentukan dasar literasi dan numerasi, justru harus menghadapi cuaca panas dan berisiknya suasana luar ruangan saat belajar.
Guru-guru tetap menjalankan tugas mereka dengan penuh dedikasi. Tanpa kelas, tanpa fasilitas yang memadai, namun tetap mendampingi siswa dengan semangat.
Simpati Netizen dan Kekesalan Terhadap Pemerintah
Hal ini menuai perhatian publik, termasuk netizen di media sosial. Banyak dari mereka menyampaikan empati, kritik, hingga sarkasme atas kondisi yang tak seharusnya terjadi di sebuah sekolah negeri.
Dari rasa hormat kepada guru, komentar ini muncul sebagai bentuk dukungan:
“Rispek sama ibu gurunya semangat trs buu,” tulis seorang netizen, menunjukkan kekaguman terhadap keteguhan para pendidik yang tetap berjuang di tengah keterbatasan.
Namun, di balik dukungan, muncul juga kritik tajam terhadap arah kebijakan pemerintah pusat.
“Mbangu IKN lebih penting ketimbang mbangun sekolahan brooo,” tulis akun lain, menyindir alokasi anggaran negara yang dianggap lebih berpihak pada proyek ambisius seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), ketimbang menyelesaikan persoalan pendidikan dasar.
Sebagian netizen membandingkan dengan daerah lain yang bahkan mengalami kondisi lebih parah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan