- Simpang Lima dulunya rawa-rawa yang diubah Soekarno jadi alun-alun baru pengganti Kawuman.
- Kawasan ini kini simbol modernitas Semarang yang tetap menjaga keseimbangan nilai sejarahnya.
- Pemerintah berupaya menjadikan Simpang Lima ramah lingkungan dan selaras dengan aspirasi warga.
SuaraJawaTengah.id - Simpang Lima di Kota Semarang bukan hanya sekadar kawasan pusat keramaian, tetapi juga menyimpan sejarah panjang dan cerita unik di balik pembangunannya.
Banyak orang mengenalnya sebagai landmark, namun tidak banyak yang tahu alasan mengapa kawasan ini dibangun. Dikutip dari YouTube BBA Channel, berikut adalah 7 fakta menarik yang bisa menambah wawasan Anda tentang Simpang Lima Semarang.
1. Dari Rawa-Rawa Menjadi Ikon Kota
Sebelum dikenal seperti sekarang, kawasan Simpang Lima dulunya hanyalah rawa-rawa tempat tumbuhnya sayuran seperti bayam dan kangkung.
Bayangkan, daerah yang kini dipenuhi gedung tinggi dan keramaian dulunya adalah lahan basah yang tak banyak dilirik. Transformasi ini menjadi bukti perubahan pesat yang dialami Kota Semarang.
2. Dibangun karena Presiden Soekarno Marah
Salah satu kisah paling unik adalah keterlibatan Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Menurut sejarawan Jongki Teo, Simpang Lima dibangun karena Soekarno marah.
Penyebabnya, Alun-Alun Masjid Besar Kawuman yang saat itu menjadi pusat kota diserahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga atau swasta.
Bahkan, menara masjid dirobohkan, membuat ulama kecewa. Atas dasar itu, Soekarno menginstruksikan pembangunan alun-alun baru, yang kini dikenal sebagai Simpang Lima.
Baca Juga: Waspada! Semarang Diprediksi Hujan Ringan, Pesisir Jateng Terancam Banjir Rob
3. Simpang Lima Jadi Pengganti Alun-Alun Lama
Dulu, pusat kota Semarang berada di Alun-Alun Kawasan Pasar Johar, tepat di depan Masjid Besar Kawuman. Setelah terjadi polemik akibat pengalihan pengelolaan ke swasta, maka fungsi alun-alun dipindahkan ke kawasan baru.
Simpang Lima pun hadir sebagai wajah baru pusat kota Semarang, menggantikan peran alun-alun lama.
4. Kawasan Bersejarah Tetap Dipertahankan
Meski banyak perubahan, beberapa kawasan di Semarang masih mempertahankan nilai sejarahnya. Menurut Jongki Teo, kawasan seperti Kota Lama, Kampung Melayu, Pekojan, Pekinan, hingga Sampokong tetap dipelihara keasliannya.
Ini menjadi keseimbangan menarik antara modernisasi dan pelestarian budaya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
BRI BO Slawi Gelar Cek Kesehatan dan Donor Darah Gratis, Wujud Peduli Masyarakat
-
7 Tempat Wisata Rembang Viral dan Hits Ini Siap Jadi Favorit Libur Akhir Tahun 2025
-
Kampung Natal Saloka 2025: Perayaan Nataru Penuh Kearifan Lokal dan Rekor Dunia!
-
PT Semen Gresik Kucurkan Rp1,05 Miliar untuk Pembangunan Infrastruktur Jalan Enam Desa
-
BRI Konsisten Salurkan Bantuan dan Trauma Healing bagi Anak-Anak Korban Bencana di Sumatera