- Kapal Jung Jawa, raksasa dari kayu jati, buktikan kejayaan dan kecanggihan maritim bangsa Jawa.
- Catatan sejarah dan genetika tunjukkan pelaut Nusantara sudah jelajahi samudra hingga Afrika.
- Jung Jawa jadi simbol kejayaan maritim Indonesia yang pernah disegani dunia dan perlu dihidupkan lagi.
SuaraJawaTengah.id - Jauh sebelum nama-nama pelaut besar seperti Columbus, Magellan, atau Vasco da Gama dikenal dunia, para pelaut Nusantara sudah lebih dulu mengarungi samudra luas.
Salah satu bukti kebesaran itu adalah kapal Jung Jawa, kapal kayu raksasa yang membuat armada Portugis terlihat kecil di hadapannya.
Kapal ini bukan sekadar alat transportasi, tetapi simbol kejayaan maritim dan kecanggihan teknologi bangsa Jawa di masa lalu.
Sebagaimana dikutip dari YouTube berikut penjelasan lengkap tentang kapal Jung Jawa yang disebut sebagai kapal terbesar yang pernah dibuat di Asia Tenggara.
1. Kapal Raksasa dari Kayu Jati
Dalam bahasa Jawa kuno, “Jung” berarti perahu besar. Kapal Jung Jawa dibuat dari kayu jati pilihan dengan ukuran luar biasa.
Menurut catatan pelaut Portugis Tom Pires dalam bukunya Suma Oriental pada abad ke-15, kapal terbesar Portugis di Malaka bernama Anunciada tampak kecil dibanding Jong Jawa.
Kapal Portugis tersebut memiliki panjang sekitar 70 meter, sementara Jong Jawa diperkirakan mencapai panjang antara 313 hingga 391 meter.
Sejarawan Irawan Joko Nugroho dalam bukunya Majapahit: Peradaban Maritim (2012) memperkirakan kapal ini empat hingga lima kali lebih besar dari Flower of the Sea, kapal terbesar Portugal yang tenggelam di Selat Malaka.
Baca Juga: Demi Good Governance, Gubernur Jateng Izinkan BPK 'Obok-Obok' 7 Sektor Vital
Bayangkan, ukuran kapal sebesar itu sudah ada di Jawa jauh sebelum bangsa Eropa menguasai teknologi pembuatan kapal besar.
Kapal Jong Jawa dilengkapi empat tiang layar, dua kemudi raksasa, dan lambung kapal dari empat lapis kayu jati yang sangat tebal. Struktur inilah yang membuat kapal ini kuat dan tahan lama meskipun menghadapi ombak besar di lautan lepas.
2. Bukti Kecanggihan Pelaut Nusantara
Kehebatan Jong Jawa tidak hanya pada ukurannya, tetapi juga pada teknologi dan kemampuan pelautnya.
Catatan Diogo de Couto dalam buku The Asia yang terbit tahun 1645 menyebutkan bahwa pelaut Jawa sudah berlayar hingga ke Tanjung Harapan di Afrika dan menjalin hubungan dengan penduduk Madagaskar.
Penelitian genetika dari Massey University di Selandia Baru bahkan menemukan bahwa DNA masyarakat Madagaskar berasal dari Nusantara. Ini membuktikan bahwa pelaut Jawa sudah menjelajahi samudra luas ribuan kilometer sebelum bangsa Eropa melakukan ekspedisi ke Timur.
Pelaut Jawa dikenal sebagai perintis seni navigasi. Mereka mampu membaca arah angin, posisi bintang, dan arus laut dengan akurat tanpa bantuan kompas modern.
Keahlian ini menjadi bukti bahwa Nusantara pernah menjadi bangsa pelaut yang unggul dalam teknologi dan strategi pelayaran.
3. Jejak Sejarah dalam Prasasti dan Sastra
Istilah “Jung” sudah tercatat dalam prasasti Sembiran di Bali pada tahun 1065 Masehi. Dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa para saudagar datang ke pelabuhan Manasa menggunakan kapal Jung dan Bahitra.
Bukti lain muncul dalam sastra Jawa kuno Kakawin Bomantaka dari akhir abad ke-12.
Bahkan para pelancong dunia seperti Odorico, John de Marignolli, dan Ibnu Battuta pada abad ke-14 juga mencatat keberadaan kapal besar dari Jawa dalam perjalanan mereka ke Nusantara.
Astronom Yunani Claudius Ptolemaeus pun menyebut kapal dari wilayah Sumatera dan Jawa dengan istilah Colandia Ponta, yang berarti kapal besar dari Timur.
Semua catatan ini menegaskan bahwa Jong Jawa benar-benar eksis dan diakui oleh bangsa-bangsa dunia.
4. Desain dan Teknologi Kapal yang Unik
Jong Jawa dibuat dengan teknik yang sangat canggih untuk ukuran zamannya. Kapal ini dibangun tanpa menggunakan paku besi. Setiap papan kapal disambung dengan sistem kayu pasak yang kokoh.
Lambungnya terdiri dari empat lapis papan jati yang tebal, menjadikannya kapal yang tahan peluru meriam sekalipun.
Layar kapalnya dibuat dari anyaman bambu dan tikar tenun, teknologi yang kemudian ditiru oleh pelaut Tiongkok setelah mempelajarinya dari para pelaut Austronesia.
Jenis layar lain yang digunakan adalah layar tanja, layar segi empat yang memungkinkan kapal berlayar melawan arah angin. Dengan sistem ini, kapal Jong Jawa mampu berlayar jauh hingga Laut Cina Selatan, Teluk Benggala, bahkan sampai ke pantai barat Afrika.
Duarte Barbosa, penjelajah Portugis, mencatat bahwa kapal Jawa berbeda dari kapal Eropa karena terbuat dari kayu tebal dan diperbaiki dengan cara menumpuk papan baru di atas papan lama. Karena itu, kapal Jawa bisa bertahan sangat lama di laut tanpa cepat rusak.
5. Pusat Produksi Kapal dan Masa Kejayaan Maritim Jawa
Proses pembuatan kapal Jung Jawa membutuhkan waktu sekitar tiga tahun. Kapal ini hanya bisa dibuat di wilayah yang memiliki pengrajin ahli dan kayu jati berkualitas, terutama di Cirebon, Rembang, Demak, dan Selat Muria.
Kayu jati digunakan karena kuat, tahan air, dan tidak mudah lapuk meski sering terkena ombak dan garam laut.
Diplomat Portugis Fernando Pires de Andrade mencatat bahwa Gubernur Alfonso de Albuquerque sampai mempekerjakan enam puluh tukang kapal asal Jawa untuk membangun kapal Portugis di Malaka. Bahkan satu kapal Jong Jawa pernah dibawa ke Portugal dan dijadikan kapal penjaga pantai.
6. Dari Puncak Kejayaan ke Masa Kejatuhan
Sayangnya, kejayaan maritim Jawa tidak berlangsung lama. Setelah kekalahan kerajaan Jawa dari Portugis di Malaka, fokus kerajaan-kerajaan di Jawa beralih dari laut ke darat.
Raja Mataram Amangkurat I pada tahun 1655 bahkan memerintahkan agar pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara ditutup dan kapal-kapal besar dihancurkan.
Kebijakan ini dilakukan untuk mencegah pemberontakan dari kota-kota pesisir, tetapi dampaknya justru menghancurkan ekonomi dan tradisi pelayaran Jawa.
Kejatuhan semakin dalam ketika VOC Belanda menguasai pelabuhan di abad ke-18. VOC melarang pembuatan kapal dengan tonase lebih dari 50 ton dan menempatkan pengawas di setiap pelabuhan. Sejak saat itu, tradisi membangun kapal besar seperti Jong Jawa perlahan hilang.
7. Warisan Maritim Nusantara
Relief di Candi Borobudur menjadi bukti nyata betapa majunya teknologi perkapalan Nusantara. Kapal bercadik yang tergambar di relief itu menunjukkan bahwa sejak abad ke-8, bangsa Indonesia sudah memahami teknik pembuatan kapal besar. Kapal Jung Jawa adalah puncak pencapaian dari tradisi itu.
Kapal ini bukan hanya simbol kekuatan militer, tapi juga lambang kejayaan perdagangan, diplomasi, dan kemandirian bangsa maritim.
Jung Jawa membuktikan bahwa Indonesia bukan bangsa yang tertinggal di lautan, melainkan pernah menjadi penguasa samudra yang disegani dunia.
Kapal Jung Jawa adalah warisan besar yang menunjukkan bahwa kejayaan maritim Nusantara nyata adanya. Semangat dan keahlian pelaut Jawa masa lalu seharusnya menjadi inspirasi untuk mengembalikan kejayaan bahari Indonesia di masa depan.
Kontributor : Dinar Oktarini
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota
-
Bukan Cuma Sepak Bola! Intip Keseruan dan Kekompakan Jurnalis Semarang di Tiba Tiba Badminton 2025