Doa Salat Gaib di Masjid Agung Jawa Tengah untuk KPPS: Jaga Kerukunan

Tafsir meminta umat Islam untuk menjaga kerukunan, dengan cermat mengecek kebenaran setiap menerima informasi.

Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 26 April 2019 | 15:24 WIB
Doa Salat Gaib di Masjid Agung Jawa Tengah untuk KPPS: Jaga Kerukunan
Salat Gaib di Masjid Agung Jawa Tengah. (Suara.com/Alfi)

SuaraJawaTengah.id - Paska gelaran Pemilu 2019 pekan lalu, warga Jawa Tengah diminta untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar umat. Imbauan itu tersisip dalam khutbah salat Jumat yang dibawakan kotib Jumat, Tafsir di hadapan sekitar seribuan jamaah yang hadir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, Jumat (26/4/2019).

Tafsir meminta umat Islam untuk menjaga kerukunan, dengan cermat mengecek kebenaran setiap menerima informasi. Paska pesta demokrasi, dia melihat saat ini masih banyak di media sosial maupun berita daring, berita bohong yang bisa mengancam persatuan.

''Sebagai sesama umat muslim juga jangan terpecah belah dengan berita yang belum tentu ke benarannya. Selain itu jangan cepat menyebarkan berita yang diterima, ini demi hubungan baik sesama muslim dan antar umat,'' kata Tafsir.

Jamaah shalat Jumat di MAJT juga berpartisipasi untuk mendoakan para pahlawan demokrasi yang meninggal usai bertugas di Pemilu 2019 kemarin dalam prosesi salat ghoib. Ulil Abshor AH bertindak sebagai imam shalat jumat dan shalat goib ini.

Baca Juga:KPU Pusat Salat Gaib untuk Ratusan KPPS yang Meninggal

Pantauan Suara.com tidak ada pejabat Pemerintah Provinsi Jateng, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jateng, maupun Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Meski begitu, sebagain besar jamaah yang datang secara khusyuk ikut mendoakan pahlawan demokrasi usai dua prosesi ibadah itu dijalankan.

Warga Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari Kota Semarang, Muhammad Ridwan (45) usai mengikuti shalat Jumat mengaku prihatin dengan kabar beberapa petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di beberapa daerah menderita sakit bahkan meninggal usai menjalankan tugas. Dia berharap ke depan peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di pesta demokrasi di Indonesia.

''Menurut warga yang menjadi petugas KPPS di sekitar tempat saya tinggal, memang Pemilu 2019 sebelum digelar hingga saat pelaksanaan sangat menguras tenaga dan waktu. Mungkin karena ini pertama kali Pileg dan Pilpres dilaksanakan secara bersamaan. Semoga kejadian yang saat ini terjadi kepada para petugas bisa menjadi evaluasi pemerintah,'' kata Ridwan.

Hal yang sama diungkapkan Warga Kauman Kota Pekalongan, Ahmad Rozikin (36) yang datang berwisata di Kota Semarang dan menyempatkan diri shalat Jumat di MAJT. Kejadian paska Pemilu 2019 juga dia harapkan tidak memecah belah masyarakat.

''Berbeda pilihan, berbeda pendapat, dan berbeda pandangan dalam Pemilu 2019 harusnya tidak dijadikan alasan untuk saling ejek. Pemilu bagi saya sebagai upaya menghadirkan pemimpin terpilih bagi bangsa. Banyak petugas yang sakit dan meninggal dalam mewujudkan pesta demokrasi yang baik. Untuk itu menjaga kerukunan adalah salah satu cara berterima kasih kepada mereka yang sudah mengorbankan tenaga hingga kesehatan demi suksesnya Pemilu 2019,'' ungkap Ahmad Rozikin.

Baca Juga:39 Petugas Pemilu Meninggal, KPU Jateng Gelar Salat Gaib Hari Ini

Kontributor : Muhamad Alfi Makhsun

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini