Serunya Mengikuti Tradisi Murak Tompo, Kejutan dalam Balutan Daun Pisang

Setiap keluarga yang menjadi jamaah masjid membuat satu menu.

Pebriansyah Ariefana
Minggu, 26 Mei 2019 | 10:52 WIB
Serunya Mengikuti Tradisi Murak Tompo, Kejutan dalam Balutan Daun Pisang
tradisi Murak Tompo. (Suara.com/Teguh)

SuaraJawaTengah.id - Setiap tradisi yang ada di Indonesia, memiliki kekhasan tersendiri. Demikian halnya dengan tradisi Murak Tompo yang rutin diselenggarakan di Masjid Baiturrahim Wanasri, Desa Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Tradisi murak tompo berupa kegiatan makan bersama yang disajikan dalam baki atau tampah. Menu yang terdiri atas nasi, sayur dan laukpauk ini, diberi alas dan penutup daun pisang. Kedua lembar alas ini kemudian direkatkan dengan peniti berbahan lidi yang dilancipkan. Masyarakat setempat menamainya bithing.

Sudah disepakati, setiap keluarga yang menjadi jamaah masjid membuat satu menu. Adapun jenis menu yang disajikan, disesuaikan dengan kemampuan tiap keluarga.

Badan Kemakmuran Masjid Baiturrahim mencatat, jamaah masjid mencapai ratusan orang. Jadwal pembuatannya dibagi menjadi tiga, sesuai dengan jadwal pelaksanaan selama Ramadan.

Baca Juga:Tradisi Ngopi Sambil Menunggu Sahur Ala Warga Kota Gresik

Sabtu malam (25/5/2019) ini, menjadi yang kedua di bulan Ramadan 1440 Hijriyah. Murak tompo yang pertama sudah dilaksanakan malam 17 Ramadan kemarin. Sedangkan ketiganya, akan digelar malam 25 Ramadan nanti.

Benar adanya. Selepas salat tarawih, jamaah bersiap-siap untuk murak tompo. Mereka membuat kelompok lima sampai 7 orang, sesuai dengan porsi yang disediakan setiap baki.

Dalam pembagian kelompok penyantap tidak dibedakan. Yang dipisah hanya tempat dan kelompok laki-laki dan perempuan.

Setelah pembagian kelompok selesai, Imam Masjid Baiturrahim Wanasri, Sungeb Asy’ari memimpin doa, sebagai tanda puncak tradisi berupa makan bersama, dimulai.

Kejutannya ada dalam momentum ini. Yakni saat penyantap mulai membuka menu yang terbalut rapat daun pisang. Masing-masing kelompok deg-deg-ser, untuk memastikan apa lauk yang ada dalam balutan daun pisang tersebut.

Baca Juga:Pulang Basamo, Tradisi Mudik Bareng dengan Ribuan Mobil

Sebanding dengan banyaknya pembuat menu, beragam pula lauk yang disediakan. Satu kelompok penyantap mendapati lauk daging ayam. Kemudian kelompok lainnya, ada yang mendapatkan lauk daging sapi. Sedangkan di kelompok penyantap lainnya, ada juga yang kebagian lauk telur dadar, atau ikan asin.

“Betul, kejutannya di sini. Karena masing-masing pembuat memiliki kemampuan berbeda, sehingga menu yang disajikan tidak selalu sama,” kata Ketua Badan Kemakmuran Masjid Baiturrahim Wanasri, Hasan Matori, usai acara.

Namun demikian, rasa kebersamaan sudah tertanam pada masing-masing penyantap. Mereka akan saling berbagi, supaya bisa sama-sama menikmati menu yang diinginkan.

Tradisi Leluhur yang Mengamanatkan Pentingnya Sedekah

TRADISI menjadi warisan pendahulu yang sarat makna dan edukasi, sehingga dirasa penting untuk dilestarikan oleh penganutnya. Demikian halnya dengan tradisi murak tompo di Masjid Baiturrahim Wanasri, Desa Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Imam Masjid Baiturrahim Wanasri, Sungeb Asy’ari, mengaku tidak tahu persis sejak kapan tradisi itu dimulai. Tidak adanya dokumentasi apalagi pembukuan, membuat warisan leluhur itu sulit untuk digali sejarahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak