Dianggap Fenomena Biasa, Ini Penjelasan BMKG soal Heboh Embun Es di Dieng

"Itu wajar, karena di Jateng saat ini sudah masuk musim kemarau," kata Setyoajie.

Agung Sandy Lesmana
Senin, 24 Juni 2019 | 21:35 WIB
Dianggap Fenomena Biasa, Ini Penjelasan BMKG soal Heboh Embun Es di Dieng
Embun es di Dieng. (Dokumentasi Pengelolaan Obyek Wisata Banjarnegara)

SuaraJawaTengah.id - Fenomena embun es di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengundang perhatian banyak pihak. Banyak dari mereka yang sengaja datang langsung ke lokasi, demi ingin melihat dan mengabadikan momentum tersebut.

Lantas, sebenarnya apa itu embun es atau dikenal embun salju itu? Mengapa hal itu bisa terjadi?

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie menjelaskan, fenomena embun es merupakan anomali cuaca ekstrem yang disebabkan oleh banyak faktor dan biasa terjadi di daerah dataran tinggi.

Berdasarkan hasil analisa BMKG, lanjut Setyoajie, aliran massa udara di wilayah Indonesia saat ini didominasi angin timuran, yaitu massa udara dingin dan kering yang berasal dari Benua Australia. Wilayah belokan angin terjadi di wilayah Sumatera Utara bagian barat dan Kalimantan bagian utara.

Baca Juga:Fenomena Embun Es di Dieng, Mengundang Minat Wisatawan untuk Datang

Monsun Asia pada dasarian III Juni diperkirakan tidak aktif, sementara monsun Australia diperkirakan lebih kuat dibanding normalnya. Karenanya, berpotensi mengurangi peluang pembentukan awan dan hujan di wilayah Indonesia khususnya bagian selatan.

"Analisis tanggal 19 Juni 2019 menunjukkan MJO aktif di fase 5 (Maritime Continent), kemudian diprediksi tidak aktif hingga pertengahan dasarian I Juli 2019. Kondisi ini diperkirakan tidak berkontribusi terhadap penambahan atau pengurangan awan konvektif di wilayah Indonesia," kata Setyoajie Prayoedhie kepada Suara.com, Senin (24/6/2019) malam.

Seorang wisatawan menunjukan balok es yang merupakan hasil dari fenomena frost di Dataran Tinggi Dieng. (Dok. Pengelolaan Obyek Wisata Banjarnegara)
Seorang wisatawan menunjukkan balok es yang merupakan hasil dari fenomena frost di Dataran Tinggi Dieng. (Dok. Pengelolaan Obyek Wisata Banjarnegara)

Dampaknya, lanjut dia, dataran tinggi berupa puncak gunung atau di atas lereng gunung menjadi dingin secara cepat. Hal itu diakibatkan karena kehilangan radiasi.

"Oleh sebab itu, di puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar, kemudian akan mengalirkan udara ke lembah (catabatic flows),” kata dia.

Lebih lanjut, Setyoajie menjelaskan, udara dingin yang mengalir ke lembah secara signifikan mempercepat laju kondensasi uap air atau embun yang ada di permukaan.

Baca Juga:Delapan Hari Terakhir, Suhu Udara di Kawasan Dieng Minus

“Hal inilah yang dikenal sebagai embun es (frost), seperti yang terjadi di Dieng,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini