Kisah Pilu Agus Prayitno Tinggal Dalam Bangunan Bekas Pabrik Es Batu

Mereka telah menghuni bangunan kosong ini selama lima tahun dalam keterbatasan.

Bimo Aria Fundrika
Rabu, 17 Juni 2020 | 19:29 WIB
Kisah Pilu Agus Prayitno Tinggal Dalam Bangunan Bekas Pabrik Es Batu
Agus Prayitno bersama keluarga yang tinggal di bangunan kosong bekas pabrik es batu selama lima tahun. (Suara.com/Novita Rahmawati)

SuaraJawaTengah.id - Agus Prayitno (35) bersama istrinya Kecup Ani Noviyanti (36) dan tiga anaknya sudah tinggal dalam bangunan bekas gudang es batu yang ada di Jalan Prof Dr Soeharso , Jajar, Laweyan, Solo, Jawa Tengah. Mereka telah menghuni bangunan kosong ini selama lima tahun dalam keterbatasan.

Saat tiba di lokasi, Suara.com langsung mencium bau pesing yang sangat menyengat dari depan bangunan. Bau pesing ini muncul dari kamar mandi yang berada di bagian depan bangunan. Ada beberapa ember air yang berisi air bersih dan air kotor.

Sebelumnya, untuk memasuki bangunan ini harus melalui pagar seng seukuran pintu kecil dan jalan setapak sekitar 15 meter. Memasuki bangunan ada ruangan seluas 5x10 meter. Ruangan inilah yang digunakan untuk tinggal keluarga Agus.

Dalam ruangan itu, hanya terlihat sekat pendek dari papan tripleks kurang lebih satu meter. Sekat ini membatasi dapur dan tempat tidur. Tiap harinya keluarga ini beraktivitas di ruangan ini.

Baca Juga:Viral Uang Koin Rp 1000 Gambar Kelapa Sawit Dijual Rp 300 Juta, Ini Kata BI

Lalu di bagian belakang ada satu ruangan lagi yang sangat luas. Ruangan ini biasa digunakan untuk menaruh sampah dan beberapa barang rongsokan.

"Ya sesekali saya cari barang rongsokan juga," ucap Agus saat ditemui Rabu (17/6).

Kontributor : Rara Puspita

Tak Mampu Bayar Kos

Agus sudah tinggal di bangunan kosong ini sejak lima tahun lalu. Dirinya memutuskan untuk tinggal di bangunan ini bersama dengan keluarganya karena sudah tidak bisa membayar kos lagi.

Baca Juga:Viral Hukum Nikah Ala Ustadz Zainal, Satu Istri Itu Laki-laki Penakut

"Saya sudah tahu bangunan ini sejak lama. Bahkan dulu saat saya masih ngamen sekitar tahun 2000, bangunan ini sudah kosong, sudah sering saya gunakan untuk singgah," ucapnya.

Awal berada di bangunan ini, Agus dan istrinya harus beradaptasi dengan kondisi bangunan. Banyak hewan seperti tikus, tokek dan bahkan ular.

"Awalnya istri saya juga takut. Bahkan selama dua hari nggak mau ditinggal, tapi lama-lama terbiasa," ucapnya.

Suka duka di rumah ini pun tidak hanya sebatas diganggu hewan saja. Bahkan gangguan makhluk halus juga sering terjadi.

"Kalau itu (hantu) sampai sekarang masih. Tapi nggak pernah menunjukkan penampakan, hanya ada suara orang menangis dan suara memanggil-manggil saja," kata Agus.

Selama tinggal di bangunan ini, Agus juga harus mengambil air jauh-jauh dari bangunannya. Sebab di rumah tersebut tidak ada sumur atau aliran air. Listrik pun juga didapat dari menggunakan aki.

"Ambil airnya pagi-pagi di klinik dekat sini," ucapnya.

Bangunan yang digunakan pun juga terlihat bolong atapnya. Bolongnya pun cukup besar. Namun Agus memutuskan untuk tidak menutup atap yang berlubang besar ini.

"Istri saya nggak mau kalau ditutup, katanya gelap. Kalau hujan memang airnya masuk, tapi nggak deras, soalnya di bagian atas ada dahan dan ranting, makanya air yang masuk nggak deras," ucapnya.

Kontributor : Rara Puspita

Berpenghasilan Rp60 Ribu per hari

Sehari-hari Agus membantu bekerja di salah satu angkringan yang ada dekat Hotel Adhiwangsa, Solo. Dari sini biasanya Agus mendapat upah Rp 60 ribu dalam sehari.

"Ya lumayan dari pada dulu saat buka tambal ban," ucapnya.

Sebelumnya dia sempat membuka usaha tambal ban. Namun dari segi penghasilan, jumlahnya tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.

"Kalau tambal ban dulu dapatnya hanya Rp 30 ribu dalam sehari. Makanya saya pilih ikut orang. Sebenarnya saya mau saja hutang untuk beli kompresor, tapi saya nggak nyaman kalau hutang, takut nggak bisa membayar," ucapnya.

Agus juga tidak bisa kembali ke keluarganya, meskipun saat ini keluarganya tinggal di Kelurahan Kerten, Solo. Sebab di rumah ibunya sudah ada kakaknya bersama keluarganya.

"Di sana ada kakak saya. Lagi pula rumah ibu saya juga masih ngontrak dan sempit. Jadi nggak mungkin pindah ke sana," ucapnya.

Selama ini dirinya juga tidak bisa tinggal di kos karena uang yang didapatnya dari bekerja tak mencukupi untuk membayar kos. Agus pun terpaksa bertahan di bangunan tersebut.

"Sebenarnya saya juga kepikiran kalau bangunan ini akan difungsikan kembali. Mau tidak mau kan saya harus pergi, ya nggak apa-apa, mau bagaimana lagi," ucapnya.

Agus selama ini pun juga tidak mendapat bantuan apapun dari pemerintah. Dirinya hanya mengandalkan kerja kerasnya. "Tapi baru tadi pagi orang dari kelurahan datang ke sini. Mereka tanya-tanya, katanya mau ada bantuan," ucap Agus.

Kontributor : Rara Puspita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak