Poniyem, Janda 70 Tahun Super Miskin Hidup di Tanah Kosong, BAB di Sungai

Sudah ditinggal mati anak dan suami.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 29 Juli 2020 | 16:17 WIB
Poniyem, Janda 70 Tahun Super Miskin Hidup di Tanah Kosong, BAB di Sungai
Poniyem. (Suara.com/Dafi)

SuaraJawaTengah.id - Poniyem (70) warga Dusun Slamet RT 02 RW 08 Desa Meteseh, Boja, Kabupaten Kendal tinggal sebatang kara di sebuah rumah kecil tanpa kamar mandi beserta kasur lusuh seadanya. Suami dan anaknya sudah lebih dulu menghadap sang Khalik.

Diusia uzur, untuk buang air besar dan mencuci baju, Poniyem berjalan melewati semak-semak sepanjang 300 meter menuju sungai.

Bisa dikatakan, Poniyem hidup numpang di tanah orang. Rumah yang saat ini Poniyem tempati merupakan hasil dari gotong royong warga sekitar karena kasihan.

Poniyem tak mempunyai rumah, tanah dan juga keluarga.

Baca Juga:Kisah Riyati: Janda Miskin Diusir Keluarga, Warga Patungan Bangun Rumah

Tanah di mana rumahnya berdiri dan ia tempati sejak bulan Maret 2020 adalah tanah milik ibu Kumi’ati salah satu warga Dusun Slamet.

Sebelumnya, ia juga menempati rumah di tanah milik orang lain.

Ia mesti pindah karena lokasi rumahnya yang sebelumnya ditempati Poniyem akan dijadikan akses masuk pemilik tanah yang sudah dijualnya ke sebuah pengembang properti.

"Harus pindah soalnya tanahnya sudah dijual pemiliknya," jelasnya ketika ditemui SuaraJawatengah.id di rumahnya, Rabu (29/7/2020).

Dalam sehari-hari, Poniyem tak memiliki pekerjaan tetap. Serabutan, mungkin kata yang pas menggambarkannya.

Baca Juga:Warga Desa Semarang Bangun Rumah Janda Miskin Utang Kas Tahlilan

Poniyem. (Suara.com/Dafi)
Poniyem. (Suara.com/Dafi)

Saat musim panen padi, ia akan menjadi buruh tani atau dalam bahasa Jawa "nderep".

Sementara, saat musim kemarau, ia Poniyem pergi ke lahan dan hutan untuk mencari kayu bakar.

Selain itu, ketika musim panen padi selesai, ia juga mencari tanaman genjer dan daun singkong di sawah untuk dijual ke tetangga.

"Ya pekerjaan saya ya seperti tidak tetap. Kadang kuli ketika panen padi kadang juga jual daun singkong dan genjer," ujarnya.

Meski usaha keras telah dijalani Poniyem, masalah umur tidak bisa berbohong.

Saat ini ia tak bisa lagi berjualan atau menjadi buruh seperti sediakala.

"Saya sekarang sudah tidak bisa jualan lagi, tidak bisa kerja lagi. Ya susah tidak kuat, kalau dulu masih bisa ke pasar," katanya.

Saat ini, ia hidup sebatang kara. Suaminya juga telah mendahuluinya menghadap sang khalik.

Sementara anak satu-satunya, Rohmi sudah meninggal. Dan, saudara kandung Poniyem Subur dan Ngatimen, kini tinggal bersama keluarga masing-masing di luar daerah.

Kontributor : Dafi Yusuf

REKOMENDASI

News

Terkini