Berhijab, Tidak Hanya Sekedar Menutupi Aurat, Ini Sejarahnya

Dalam sejarah, hijab muncul pada sebelum kehadiran agama-agama Samawi, kini hijab menjadi trend fashion wanita

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 18 September 2020 | 19:05 WIB
Berhijab, Tidak Hanya Sekedar Menutupi Aurat, Ini Sejarahnya
Busana hijab untuk milenial. (Dok. Geulis.id)

Dari faktor kondisional, Al-Ahzab dan An-Nur diturunkan sebagai reaksi atas tradisi cara berpakaian perempuan Arab Jahiliyah enggan melebarkan kerudung sampai dada.

Selain karena dua ayat itu turun usai peristiwa besar seperti Perang Khandaq dan konflik di Arab.

Selanjutnya, bersifat politis, karena Al-Ahzab dan An-Nur dianggap sebagai peredam serangan fitnah kaum munafik kepada istri-istri Nabi Muhammad.

Sementara, faktor elitis dan diskriminatif didasarkan atas ambiguitas Islam dalam memandang sistem perbudakan di Arab.

Baca Juga:Nikita Mirzani Kembali Kenakan Hijab, Bikin Warganet Terharu

Seperti yang disebutkan dalam Surat Al-Ahzab:59, wanita diperintahkan untuk menjulurkan jilbab ke dada supaya bisa membedakan budak dan perempuan merdeka.

Dari situlah, Islam dinilai samar, antara ingin menghancurkan atau mempertahankan pembedaan strata. Namun, jauh lebih penting untuk menilik alasan etika.

"Untuk menghindari ambiguitas, baiknya lebih menekankan pernafisiran moral ayat itu. Bukan soal pembedaan strata namun kepada perintah untuk sopan dan bersahaja," imbuh Nong.

Lebih lanjut, bagi Nong dua ayat di atas hanya membicarakam norma kesopanan bagi perempuan dan istri-istri Nabi Muhammad. Tidak ada perintah secara tersurat mengenai kewajiban berhijab bagi wanita.

Tak pelak, muncul beragam spekulasi mengenai pengaplikasian konsep berhijab. Ada yang menyetujui hal itu sebagai kewajiban, namun adapula yang menganggapnya bukan suatu kewajiban.

Baca Juga:Kembali Pakai Hijab, Nikita Mirzani Banjir Pujian Netizen

Dari hukum yang tidak mewajibkan tersebut kemudian muncul pandangan bahwa hijab adalah budaya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini