Situasi Pandemi, Harga Kopi Temanggung Mampu Bertahan

Bukan berada di harga terbaik, namun kopi Temanggung mampu bertahan dalam kondisi pandemi COVID-19.

RR Ukirsari Manggalani
Minggu, 11 Oktober 2020 | 07:50 WIB
Situasi Pandemi, Harga Kopi Temanggung Mampu Bertahan
Biji kopi, sebagai ilustrasi [Shutterstock]

SuaraJawaTengah.id - Pandemi COVID-19 memberikan dampak di berbagai sektor bisnis, termasuk pertanian, yang mengakibatkan harga produk di tingkat petani jatuh karena daya beli masyarakat menurun. Kondisi senada dialami para petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah untuk sayur-mayur seperti cabai, tomat, bawang putih, sampai tembakau. Kecuali produk kopi yang menjadi salah satu komoditas unggulan masyarakat di kawasan Gunung Sindoro -  Sumbing, dan Gunung Prahu.

Dikutip dari kantor berita Antara, harga komoditas kopi di saat pandemi COVID-19 ini cenderung stabil dibandingkan harga komoditas pertanian lainnya.

Bupati Temanggung, M. Al Khadziq menyampaikan, harga kopi tahun ini masih bisa bertahan. Harapannya, petani juga bisa mengambil untung walaupun sedikit, dari harga jual biji kopi (green bean) jenis robusta. Saat ini berkisar Rp20.000 - Rp23.000 per kg.

"Alhamdulillah, di tengah hasil pertanian yang turun, produktivitas kopi tetap bagus, harganya juga meskipun belum terlalu menggembirakan tetapi tidak terlalu menyedihkan. Harapannya, kopi kami lebih tinggi dari harga sekarang ini," sebutnya.

Baca Juga:Ingin Belajar Jadi Pengusaha Kopi? Ikut Saja Pelatihan Gratis Ini

Seorang petani di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung, menunjukkan biji kopi yang sudah dipisahkan dari kulitnya [ANTARA/Heru Suyitno].
Seorang petani di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung, menunjukkan biji kopi yang sudah dipisahkan dari kulitnya [ANTARA/Heru Suyitno].

Masyarakat di Kabupaten Temanggung harus bersyukur dikaruniai bumi yang sangat subur. Oleh karena itu, mempunyai kewajiban memelihara dan mengolahnya dengan sebaik-baiknya agar hasilnya maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Masalah di bidang pemasaran, menurut Bupati Temanggung selama ini pemasaran lebih banyak mengandalkan tengkulak, perantara sehingga hasil yang diperoleh petani kurang maksimal.

"Kalau bicara produksi petani Temanggung sudah jago semua, masalah kami adalah di bidang pemasarannya, yang sering masih terjebak pada tengkulak sehingga harganya kurang menguntungkan," tukasnya.

Oleh karena itu perlu koperasi dan peluang bagi BUMDes untuk mengembangkan pemasaran hasil-hasil pertanian yang lebih bagus. 

Sesungguhnya, hal ini menjadi tugas pemerintah untuk melakukan terobosan di bidang pemasaran, tetapi pemerintah tentu memiliki keterbatasan sehingga partisipasi dari masyarakat sangat ditunggu.

Baca Juga:Bupati Temanggung Minta Industri Rokok Segera Beli Tembakau dari Petani

Petani warga Gemawang, Kabupaten Temanggung, Solihin menuturkan harga biji kopi tahun ini hampir sama dengan tahun lalu sekitar Rp22.000 per kg.

Menurut dia stabilnya harga kopi ini kemungkinan karena produktivitas tahun ini agak turun dibanding tahun lalu.

Sebagai contohnya ia menyebutkan dari lahan tanaman kopi miliknya seluas 0,5 hektare idealnya menghasilkan kopi gelondong basah 7-8 ton, namun masa panen tahun ini hanya menghasilkan sekitar 5 ton.

Solihin menuturkan penurunan hasil panen kopi ini karena cuaca kurang mendukung saat pembungaan tahun lalu, yaitu cuaca panas berkepanjangan tanpa ada hujan sehingga bunga banyak yang rontok.

Kepala Dinas Pertanian dan Katahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Joko Budi Nuryanto menyebutkan luas tanaman kopi di kabupaten Temanggung sekitar 12.000 hektare, 9.000 di antaranya jenis robusta dan sisanya jenis arabika.

Menurut dia banyak tanaman kopi di Temanggung, khususnya jenis robusta banyak yang sudah tua, bahkan sebagian masih ada tanaman tinggalan zaman kolonial Belanda, maka perlu dilakukan penyambungan baru.

"Tahun ini produktivitasnya turun, merupakan siklus dua tahunan, tahun ini memang siklusnya di bawah," jelasnya.

"Tahun ini kami bersama provinsi membuat embung di Rejosari Kecamatan Wonoboyo di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan air laut. Harapannya bisa menjadi demplot, bagaimana kalau kopi itu tetap mendapat air saat kemarau, kalau itu memang ada hasilnya kita bisa kembangkan embung-embung mini di kawasan tanaman kopi," tutur Joko Budi Nuryanto.

Soal ekspor, Bupati Temanggung, M. Al Khadziq menyebutkan potensi ekspor kopi Temanggung sangat tinggi, baik untuk jenis robusta maupun arabika.

"Kopi arabika Temanggung pernah menjadi juara pada festival kopi di Atlanta, Amerika Serikat tahun 2016. Kopi robusta juga demikian, pernah menjadi juara pada festival kopi di Prancis. Di festival tingkat nasional juga berkali-kali kita dapat juara," katanya.

Dan di tengah pandemi COVID-19 ini, petani Temanggung melalui Koperasi Kopi Prima Jaya di Gemawang mampu memasok kopi ke eksportir PT Asal Jaya Malang.

Ketua Koperasi Kopi Prima Jaya Imam Sarjo menuturkan pada akhir Agustus 2020 Koperasi Kopi Prima Jaya mengirim 8 ton kopi robusta grade A ke eksportir PT Asal Jaya Malang. Perusahaan tersebut mengekspor kopi ke sejumlah negara.

"Kami tengah melakukan pembinaan kepada petani agar budi daya kopi menjadi lebih intensif, lebih efektif, dan juga dengan hasil panenan yang lebih berkualitas," jelas Bupati Temanggung.

Selain itu, petani juga diberi edukasi untuk bisa mengolah kopi secara standar sehingga kualitas kopi Temanggung semakin tahun semakin bagus. Apalagi baik kopi robusta maupun arabika dari Temanggung telah mendapat sertifikat Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini