Debat Perdana Pilkada Solo, Beda Generasi, Beda Visi

Gibran-Teguh yang menjadi calon dari milenial membawa visi menjadikan solo kota modern, sementara Bajo lebih mengutamakan sandang dan pangan warga Solo

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 07 November 2020 | 06:30 WIB
Debat Perdana Pilkada Solo, Beda Generasi, Beda Visi
Dua paslon mengikuti debat perdana Pilkada Solo 2020 di The Sunan Hotel, Jumat (6/11/2020) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

SuaraJawaTengah.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solo menggelar debat publik Pilkada 2020 dengan dua pasangan cawali-cawawali, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan Bagyo Wahyono-F.X. Supardjo (Bajo), Rabu (4/11/2020) malam.

Debat Publik Pilkada perdana diwarnai pertarungan dua calon beda generasi dan gaya penyampaian.

Dilasir dari Solopos.com, Calon Wali Kota (Cawali) nomor urut 1 Solo Gibran Rakabuming Raka membahas persoalan yang lebih luas soal dampak Covid-19, sedangkan Cawali nomor urut 2, Bagyo Wahyono, bicara soal tata krama dan karakter budaya.

Perbedaan ini tampak saat keduanya memaparkan visi. Gibran dengan gaya berapi-api bahkan sempat menyinggung dampak Covid-19 bagi tatanan global. Dia juga mengungkapkan optimisme Solo bakal keluar dari persoalan ekonomi dampak dari Covid-19.

Baca Juga:Ditinggal Bagyo Debat dengan Gibran, Istri: Bapak Ndak Grogi, Kami Degdegan

Katanya selain 3M, Solo perlu mempersiapkan prosedur adaptasi kebiasaan baru. 

"Intinya peningkatan kualitas puskesmas dan RSUD," katanya.

Soal dampak ekonomi, Gibran mempersiapkan skema restrukturasi kredit, kelonggaran pembayaran pajak daerah dan retribusi UMKM. 

"Untuk membuka peluang kita membuat creative hub untuk anak muda di Solo, UMKM di Solo bisa naik kelas. Jika warga sehat ekonomi kuat," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Gibran mengatakan saat ini Solo memiliki tantangan besar selain dampak Covid-19 yaitu keberlangsungan Solo sebagai kota Budaya.

Baca Juga:Pendidikan, Paslon Bajo Siap Menyediakan Alat Komunikasi untuk Siswa

"Solo menghadapi tantangan kota modern. Masalah kemacetan, kepadatan penduduk, dan sampah," katanya.

Berbeda dengan Gibran, Bagyo justru fokus pada sandang. Persoalan sandang ini mengisi lebih banyak waktu untuk dijelaskan oleh Bagyo.

"Kita harus menjaga tata krama toleransi dan menghargai. Soal sandang, kita juga harus memulai tentang baju-baju adat orang Solo seperti penggunaan batik dan lurik untuk kepentingan industri di kota Solo," katanya.

Bagyo juga menekankan agar masyarakat Solo menggunakan pakaian adat. Sementara soal pangan, Bagyo juga bakal menghidupkan ekonomi kerakyatan.

"UKM dan UMKM akan kita dorong dan kita bantu. Kita juga akan memberikan bantuan berupa pinjaman lunak," katanya.

Bagyo menambahkan, pihaknya akan meminta pengusaha di Soloraya untuk membantu orang kecil, UKM dan UMKM.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak