Ini Hotel Favorit Soekarno dan Soeharto Ketika Bertugas di Semarang

Ternyata mantan Presiden RI pertama dan kedua punya hotel favorit di Semarang

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 10 November 2020 | 06:45 WIB
Ini Hotel Favorit Soekarno dan Soeharto Ketika Bertugas di Semarang
Keadaan Hotel Dibya Semarang (Suara.com/Dafi Yusuf) 

SuaraJawaTengah.id - Tak banyak orang mengira jika bangunan tua berlantai dua yang terletak di Jalan Pemuda merupakan bekas bangunan paling mewah pada zamannya. 

Bangunan tua tersebut bernama Hotel Inn Dibya Puri. Bahkan, pahlawan nasional RA Kartini pernah mengabadikan kisahnya saat singgah di hotel tersebut dalam sebuah tulisan Een Gouverneur Generalasda. 

Pantas saja jika tokoh emansipasi wanita itu mengabadikan kisahnya saat singgah di Hotel Dibya. Hal itu disebabkan, Hotel Dibya merupakan hotel paling mewah di Kota Semarang waktu itu. 

Selain menggunakan teknologi modern, saat itu Hotel Dibya menyediakan 80 ekor kuda beserta kereta kuda yang jumlahnya cukup banyak pada tahun 1847. Bahkan tak hanya kuda, Hotel Dibya juga menyediaan 12 mobil mewah untuk digunakan para tamu. 

Baca Juga:Ini Pesan Pihak Bandara Soetta Bila Ingin Sambut Kepulangan Habib Rizieq

Dengan letak hotel yang sangat stategis, berada di pusat kota Semarang, tidak heran jika dulu hotel ini sering disinggahi para pejabat untuk menginap saat ada dinas di Kota Semarang. 

Pemerhati sejarah Kota Semarang, Jongkie Tio mengatakan, tokoh nasional seperti presiden pertama Indonesia, Soekarno dan keluarga, serta presiden kedua Indonesia, Soeharto juga pernah singgah di Hotel Dibya ketika bertugas di Kota Semarang. 

Selain tokoh-tokoh yang berasal dari bumi putera, Hotel Dibya juga biasa digunakan oleh para bangsawan Belanda sebagai tempat singgah. 

"Dulunya Hotel Dibya memang terkenal karena mewah. Beberapa tokoh nasional juga pernah singgah di sana," jelasnya kepada suara.com, Selasa (10/11/2020). 

Penjaga Hotel Dibya, Mingan (64) mengatakan, kondisi Hotel Dibya sudah rusak. Bahkan, bangunan yang ada di dalam hotel juga ikut hancur. Untuk itu, ia melarang  pengunjung masuk ke hotel tersebut. 

Baca Juga:Jelang Kepulangan Habib Rizieq, Ratusan Petugas Keamanan Bandara Disiagakan

"Kalau ada yang masuk, takutnya tertimpa runtuhan," ujarnya. 

Menurutnya, sejak Mei 2008 hingga sekarang, bangunan Hotel Dibya belum ada perbaikan kembali. Hal itu membuat kondisi hotel mengalami kerusakan yang cukup parah. 

“Sebelum tahun 2008 hotel ini masih operasional. Lalu hotel tutup,” katanya.

Ia menjelaskan, di dalam hotel terdapat fasilitas restoran, bar yang menyediakan minuman ringan, semuanya berada di lantai satu hotel. Sedangkan untuk kamar hotel yang paling luas, berukuran 5x 10 meter. 

"Ada sekitar 4 kamar, dan kamar lainnya ukuran standar,” imbuhnya. 

Ia menyanyangkan, hotel yang pernah menjadi saksi sejarah pertempuran Lima Hari di Semarang itu kini terbelengkalai dan mangkrak. Hotel ini sebenarnya sudah menjadi cagar budaya dan perlu dikonservasi sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009.

"Padahal di dalamnya itu ada 49 kamar, 2 kamar family, 6 kamar puri suite, 17 kamar moderate, 9 kamar standart, 5 kamar ekonomi AC, dan 10 kamar ekonomi non AC," ujarnya. 

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini