"Baru dapat bantuan nasi rames. Kalau untuk masak sendiri ya alhamdulillah masih ada sisa bantuan sembako banjir sebelum ini. Belum ada bantuan dari pemkab untuk banjir kali ini," ucapnya.
Senada dengan, Rodiah, Painah (54) juga mendirikan gubug tenda darurat di tanggul Sungai Tipar. Ia bersama keluarga adik iparnya tinggal di dalam gubug berukuran kisaran 5x4 meter.
"Keluarga saya ada enam, adik ipar saya ada 5 jadi total 11 orang yang tidur disini. Dicukup-cukupin lah, yang penting bersama-sama," katanya.
Rumahnya, terendam banjir hingga ketinggian 1 meter pada saat hari pertama. Sampai pagi tadi, air sudah mulai surut namun masih tergolong tinggi. Belum bisa untuk ditinggali.
Baca Juga:Gandrungmangu Terendam Banjir Hingga 2 Meter, Bantuan Logistik Belum Merata
Ia tidak mau menempati lokasi pengungsian karena menuruti keinginan anak. Alasannya di pengungsian lokasinya sempit.
"Anak-anak inginnya disini saja yang dekat dengan rumah. Saya cuma punya barang berharga kulkas, kemarin sudah saya taruh di atas meja pada saat banjir. Mudah-mudahan tidak hujan lagi hari ini," terangnya.
Sementara itu, Nasimun (40) pengungsi lainnya sampai saat ini masih menunggu realisasi bantuan tenda layak dari pihak berwenang yang telah dijanjikan. Ia saat ini tinggal bersama saudara dan anaknya yang berjumlah 13 orang.
"Katanya mau ada bantuan tenda dari pemerintah tapi sampai sekarang tidak ada. Sudah saya tunggu padahal. Akhirnya ini saya buat tenda darurat dari karung padi. Tapi harus beli plastik sendiri untuk atap. Habis Rp 200 ribu," pungkasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, pada saat awal banjir Selasa lalu, pengungsi dengan tenda darurat di bantaran Sungai Tipar mencapai 178 orang. Namun jumlah tersebut semakin berkurang seiring surutnya air di wilayah setempat.
Baca Juga:Pos Pantau Gunung Merapi Balerante: Kemarin Pagi Terdengar Gemuruh
Kontributor : Anang Firmansyah