SuaraJawaTengah.id - Sumrinah, merupakan orang penting di Kota Semarang. Dia adalah petugas kebersihan di kala kebanyakan orang masih terlelap. Tentunya, ketika kebanyakan orang melewati Jalan Imam Bonjol, jalan raya tersebut terlihat bersih.
Perempuan yang tinggal di Kalialang Lama, Gunungpati, Kota Semarang itu, merupakan orang penting di Kota Semarang. Bersih tidaknya Kota Semarang ada di tangan orang-orang seperti Sumrinah.
Dulunya, Sumrinah hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Namun nasib membawanya menjadi petugas kebersihan sejak Darsono (suaminya) meninggal. Darsono merupakan petugas kebersihan Kota Semarang sejak 1995.
"Sejak suami meninggal, saya menjadi tulang punggung keluarga. Akhirnya saya menggantikan pekerjaan suami saya menjadi petugas kebersihan," jelasnya kepada Suara.com, Selasa (22/12/2020).
Baca Juga:Sejarah Hari Ibu Tahun 2020, Perempuan Berdaya Indonesia Maju
Pertama-tama menjadi petugas kebersihan, penghasilannya tidaklah seberapa. Penghasilannya itu hanya cukup untuk makan dan minum. Meski demikian Sumrinah tetap bersyukur karena masih diberi rejeki.
"Dulu penghasilannya tak seberapa. Namun saya syukuri saja," ucapnya.
Namun, waktu terus berjalan. Anak-anaknya mulai sekolah dan gajinya jika dihitung-hitung tak sebanding dengan pengeluaran. Karena tak punya biaya untuk menyekolahkan anak bungsunya, Adik Joko hampir putus asa untuk melanjutkan pendidikannya.
"Pada waktu itu, honor saya hanya Rp800 ribu per bulan dan harus dia bagi-bagi untuk kebutuhan yang lain," keluhnya.
Di tengah kondisi serba kekurangan, Sumrinah tak pernah putus asa. Ikhtiyar telah dia lakukan, ketika tengah malam kerap kali Sumrinah bangun dari tidurnya untuk sembayang dan berdoa kepada Tuhan.
Baca Juga:Hari Ibu, Doni Monardo: Perempuan Hebat Bersatu Pemutus Rantai Covid-19
“Setiap malam saya hanya bisa berdoa sama Tuhan dan berusaha untuk mencari rezeki,"ujarnya.
Sebagai tulang punggung keluarga, dia percaya rezeki dan kesehatan sudah diatur oleh Tuhan. Tugasnya hanya berusaha dengan keras dan berdoa kepada Tuhan.
"Saya cuma bisa berusaha saja," imbuhnya.
Pada 2018 lalu, doa Sumrinah dikabulkan oleh Tuhan, honor petugas kebersihan meningkat. Nilainya disetarakan dengan upah minimum Kota Semarang yaitu Rp2.498.587.
"Akhirnya doa saya dijawab oleh Tuhan," katanya.
Selain itu, sejak tahun 2019 dia bisa lebih tenang karena tiga anaknya, Sucipto, Tri Ning Tyas dan Adi Joko bisa hidup layak dengan keluarga masing-masing. Meski anak-anaknya sudah mapan secara ekonomi dia enggan untuk menjadi beban anak-anaknya.
"Saya mending hidup, bekerja sendiri. Tak mau jadi beban anak-anak," imbuhnya.
Kontributor : Dafi Yusuf