SuaraJawaTengah.id - Biasanya, jalan sempit dan berkelok-kelok di sisi Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem akan ramai dengan penjual suvenir.
Mereka menyapa para turis yang lewat dalam bahasa Inggris, Spanyol, Polandia - mencoba untuk menebak kewarganegaraan mereka.
Kini, seiring dengan perjalanan bagi turis asing ke sini hampir tak mungkin karena pandemi, jendela toko-toko itu tertutup - layaknya mata yang tertutup rapat.
- Perayaan Natal di seluruh dunia, mulai dari misa di Vatikan hingga bagi-bagi kopi gratis di Jakarta
- Covid-19 menyebabkan perayaan Natal di Betlehem sepi
- Kartu Natal alternatif bernuansa konflik Timur Tengah
Lokasi itu sepi ketika saya mencapai Kapel Gua Susu, meskipun itu tidak terlalu mengejutkan - gereja kecil ini sering diabaikan oleh pengunjung yang tergesa-gesa dalam perjalanannya di sekitar Tanah Suci.
Baca Juga:Kasus Covid-19 Tinggi, Palestina Tutup Betlehem
Namun, saya selalu menyukai tempat yang tenang ini, yang didedikasikan untuk keibuan ilahi Bunda Maria. Dan saya bukan satu-satunya.
"Bagi saya, ini sangat menginspirasi," kata Suster Naomi Zimmerman, seorang biarawati Fransiskan yang pertama kali datang ke sini pada era 90-an dan bekerja memberi pelayanan konseling pada masyarakat di sekitar gereja itu.
"Fakta bahwa itu adalah tempat keajaiban berada bagi saya sungguh menakjubkan," kenangnya, matanya berbinar.
"Di sini ada keajaiban kehidupan - [keajaiban] anak-anak, kesehatan perempuan. Itu benar-benar salah satu tempat favorit saya."
'Hadiah terbaik'
Patung Bunda Maria sedang menyusui bayinya yang baru lahir berdiri dengan tenang di atas pintu masuk gereja itu.
Baca Juga:Pesan Natal dari Betlehem: Yesus adalah Orang Palestina, Trump!
Dikatakan bahwa keluarganya mencari perlindungan di sini selama pembantaian yang dilakukan oleh Raja Herodes.
Maria disebut telah menumpahkan tetesan susunya, sehingga gua itu berubah dari batu kemerahan menjadi batu kapur putih.
Telah lama diyakini bahwa meneguk minuman yang mengandung apa yang mereka sebut "susu bubuk" - yang digiling dari batu kapur di situs ini - dan merapal doa khusus kepada Bunda Maria dapat menyembuhkan masalah kesehatan - terutama yang berkaitan dengan kemandulan.
Banyak Umat Kristen di Betlehem memiliki kisah terkait kekuatan Kapel Gua Susu.
Setelah bertahun-tahun mencoba berbagai upaya untuk mendapat keturunan, seorang perempuan akhirnya melahirkan seorang bayi pada saat Natal setelah berdoa di sini dengan suaminya.
Itu adalah "hadiah terbaik", ujarnya kepada saya.
"Itu terjadi kepada dua orang yang saya kenal," ujar pemandu wisata Suad Sfeir.
"Teman saya dari AS mengambil sejumlah bubuk untuk sepupunya yang telah menikah 25 tahun dan tak bisa mendapatkan keturunan.
"Ketika ia kembali setahun kemudian, ia membawa foto bayi sepupunya."
"Sangat mudah untuk mengabaikan susu bubuk sebagai keajaiban," kata Suster Naomi sambil memegang sebuah bungkus susu bubuk, "tapi ini tentang iman dan keyakinan".
'Bayi ajaib'
Dan ada banyak hal seperti itu yang dipajang di kantor kecil di luar gereja.
Selama bertahun-tahun, ratusan surat yang menyentuh telah dikirim dari seluruh dunia untuk menyampaikan keajaiban nyata.
Sepasang suami istri di India melampirkan foto seorang gadis kecil yang gemuk dan tersenyum.
Mereka meminum susu bubuk setelah mengalami dua kali keguguran.
"Sekarang kami bahagia," tulis mereka dengan sederhana.
"Saya banyak menangis dan air mata saya adalah doa saya," tutur seorang perempuan Prancis, yang menceritakan kunjungannya ke gereja kecil ini dan berdoa demi mendapatkan seorang anak.
Ia kemudian hamil dua bulan setelah kunjungannya.
Seorang perempuan di Brasil, yang diberi tahu bahwa ia mandul, membeberkan "sebuah keajaiban bernama Gabriela" lahir setelah ia mendengar tentang gereja ini di televisi dan meminta bubuk susu itu.
Apapun keyakinan Anda, kunjungan ke gereja ini cocok untuk refleksi spiritual.
Situs itu dipahat dari batu kasar dan bagian dalamnya sejuk dan tenang.
Di ujung, sebuah tanda bertuliskan "keheningan" dan Anda dapat melihat ke kapel modern tempat para biarawati terus berjaga, berdoa untuk perdamaian.
Saya bahkan pernah melihat perempuan Muslim lokal di antara lilin yang menyala itu, dan perempuan dari semua negara duduk diam di depan ikon Maria seukuran manusia yang mencolok.
Lukisan itu menggambarkan ia sedang menyusui bayi Yesus di dada telanjangnya.
Saat ini, dengan bayi saya sendiri, saya tidak dapat tidak memperhatikan bahwa posisinya tidak tepat.
Tapi bagi saya, lukisan ini memancarkan kekuatan feminitas dan cinta seorang ibu.
'Ini membawa harapan'
Karena pembatasan Covid-19, gereja hanya buka selama beberapa jam di pagi hari.
Saya bertemu dengan Boutros, seorang pemuda yang bersiap menjadi biarawan, tengah menunggu untuk mengunci pintu gereja.
Dia telah berdoa untuk pasangan Amerika Selatan yang tidak memiliki anak yang mengirimkan pesan padanya
"Sangat sulit tidak bisa memiliki seorang bayi. Seorang anak membawa rasa tersendiri di hidup Anda," katanya kepada saya.
"Maria adalah ibu kami, ia mendengarkan kami dan masuk ke relung hati kami."
Ia berkata bahwa ia senang bekerja di situs suci itu.
"Di tahun pandemi, ini adalah tempat yang membahagiakan. Ini membawa harapan," dia tersenyum.
Dan saya menyadari itulah yang menarik saya kembali ke tempat ini.
Jika Gereja Kelahiran Yesus mengundang umat beriman untuk merayakan kelahiran satu anak di waktu Natal, maka Kapel Gua Susu mengungkapkan kegembiraan dan harapan akan masa depan yang bisa dibawa setiap anak.