Ia berharap pemerintah dapat menyetabilkan harga kedelai impor lagi agar dirinya bersama perajin lain dapat kembali menormalkan harga tempe mendoan. Karena sepengalamannya, ketika harga naik, turunnya lagi bakal lama.
"Kalau sudah naik biasanya turunnya lama. Otomatis saya juga menyesuaikan harganya. Tapi kalau harga sudah turun, saya bakal kembali menurunkan harga seperti biasanya," lanjutnya.
Kini para perajin tempe mendoan di Desa Pliken, harus mengalami dua kali derita. Karena selain harga kedelai yang naik, penjualannya juga terpengaruh adanya pandemi.
"Memang harga kedelai naik sangat menyiksa. Tapi lebih menyiksa sejak adanya Corona. Ibaratnya dua kali kami kejatuhan tangga. Saat awal Corona lalu, sangat sepi sekali penjualan. Karena banyak yang takut untuk berbelanja ke pasar," pungkasnya.
Baca Juga:Unik! Biar Tidak Tertular Covid-19, Pria Ini Tutup Rumahnya dengan Seng