Selain faktor pupuk, hal lainnya yang harus diperhatikan dalam meningkatkan jumlah produksi pertanian adalah penggunaan teknologi pertanian tepat guna dan proses pasca panen.
Sebab bantuan alat pertanian modern yang diterima kelompok tani saat ini, beberapa tidak sesuai dengan kondisi lahan. Mesin panen otomatis (combine harvester) misalnya, tidak cocok dengan kebanyakan lahan sawah di Sawangan yang bertipe terasering. Alat ini efektif digunakan di lahan sawah yang rata.
Tipe sawah dan jenis tanah yang berpasir juga menyebabkan alat tanam padi tidak cocok digunakan di Sawangan. “Alat modern pertanian boleh, tapi fungsinya spesifik bisa digunakan di situasi lokal. Alat panen modern di Sawangan mungkin cukup mesin pemotong rumput biasa.”

Petani sekarang lebih membutuhkan mesin pengering gabah untuk mengatasi musim hujan. Selama ini petani mengeringkan gabah menggunakan sinar matahari yang sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Baca Juga:Dinas Pertanian Daerah Lambat Bergerak, Distribusi Pupuk Subsidi Terhambat
Menurut Fajar saat ini ada bantuan mesin pengering gabah, namun kapasitasnya terlalu besar sehingga tidak dapat digunakan petani dengan jumlah panen sedikit.
Mesin pengering padi berkapasitas 4 ton. Agar operasional mesin efisien setidaknya dibutuhkan 3,5 ton gabah untuk sekali proses pengeringan.
“Kalau bukan petani besar atau pengusaha kan nggak bisa. Kelemahan pertanian di Indonesia seperti itu. Petani hanya memiliki lahan paling banyak 2 ribu meter persegi. Kita harus berpikir ulang untuk petani gurem,” kata Fajar.
Dia berharap subsidi pupuk tetap diberikan kepada petani. Agar jumlah produksinya meningkat, pemerintah ikut memperhatikan proses pasca panen termasuk memberikan bantuan alat pertanian sesuai kebutuhan spesifik petani.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Baca Juga:Distribusi Pupuk Bersubsidi Terhambat Imbas Leletnya Pemda Terbitkan SK