Kisah Dua Bakal Gubernur Penarik Dokar Sudirman

Museum Sudirman di Kota Magelang, mencatat jejak gerilya Jenderal Besar Sudirman. Dengan hanya sebelah paru-paru, Sudirman memimpin komando perang.

Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 30 Januari 2021 | 06:10 WIB
Kisah Dua Bakal Gubernur Penarik Dokar Sudirman
Foto ilustrasi di Museum Sudirman yang menceritakan perjalanan gerilya Panglima Besar Sudirman tahun 1948. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi].

SuaraJawaTengah.id - Museum Sudirman di Kota Magelang, mencatat jejak gerilya Jenderal Besar Sudirman. Dengan hanya sebelah paru-paru, Sudirman memimpin komando perang.

Muhammad Ardani, pengelola harian Museum Sudirman mengatakan, Sudirman memang lebih banyak ditandu saat menempuh rute gerilya dari Yogyakarta menuju lereng Gunung Wilis di Kediri, Jawa Timur.

Tapi tidak seperti yang diketahui kebanyakan orang, Sudirman tidak melulu menggunakan tandu sebagai alat transportasi.

“Gerilya itu tidak hanya jalan. Dia (Sudirman) menggunakan 3 kendaraan: tandu, dokar, dan mobil,” ujar Ardani saat ditemui di Museum Sudirman, Jumat (27/1/2021).

Baca Juga:Jalan Raya Jenderal Sudirman Kota Bogor Ditutup Mulai Malam Ini

Saat tiba di Desa Playen, Kabupaten Gunung Kidul, rombongan Pak Dirman mendapat pinjaman dokar milik perkebunan. Namun untuk menghindari kecurigaan Belanda, kuda tidak digunakan sebagai panarik dokar.

“Saat menggunakan dokar, itu tidak dengan kuda. Dokar di depan itu ada (kayu) untuk pengikat kudanya. Satu yang narik Mayor Suwondo, yang satu lagi Kapten Tjokropranolo mantan Gubernur DKI Jakarta. Yang mendorong Kapten Suparjo Rustam,” ujar Ardani.

Mayor Suwondo adalah dokter yang merawat Sudirman selama 7 bulan bergerilya sejak Desember 1948. Sedangkan Kapten Tjokropranolo dan Suparjo Rustam masing-masing ajudan Sudirman.

Dikemudian hari, Tjokropranolo sempat menjabat sebagai Gubernur Jakarta, sedangkan Suparjo Rustam menjadi Gubernur Jawa Tengah.

Masih menurut Ardani, rombongan gerilya Jenderal Sudirman juga tidak hanya menggunakan satu tandu. Beberapa tandu dibuat untuk mengelabui pengawasan Belanda.

Baca Juga:Tutup Jalan Raya Jenderal Sudirman Mulai Malam Ini, Ini Alasan Bima Arya

“Saat gerilya juga tandunya dibuat tidak satu. Tujuannya untuk mengelabui saat bergerilya. Yang asli disimpan di Jogja dan Museum Satria Mandala di Jakarta.”

Satu hal lagi yang diyakini sebagai sebab berhasilnya Sudirman lolos dari kejaran Belanda. Jenderal Sudirman dikenal memegang teguh prinsip agama dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat.

“Beliau dikenal ketat dalam 3 hal: shalat awal waktu, menjaga wudhu, dan hablum minanas atau menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Ini menyebabkan banyak rakyat membantu gerilya beliau,” tutup Ardani.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini