Lanjutnya, mereka adalah contoh yang baik, dan memiliki Kemauan keras untuk hidup layaknya manusia sebagai makhluk sosial pada umumnya.
“Berhenti jadi anak punk manfaatnya lebih banyak, tapi kalau jadi anak punk terus tentu mudharat (kerugiannya) lebih besar,” jelasnya.
“Setelah saya mengulik mantan dua anak punk itu, kehidupan anak punk kebebasannya berlebihan. Rata-rata tidak beribadah, tidur sembarang tempat, tidak mandi berhari – hari,”kata Wihaji.
Ia pun berharap kepada Didik dan Rifky agar ikut mengajak kawan-kawan mereka yang masih menjadi anak punk untuk kembali menjalani hidup secara normal.
Baca Juga:Pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang Hampir Rampung
“Program podcast ini upaya untuk mengungkapkan harapan mereka, sekaligus ingin menggali seluk beluk perkawanan di antara mereka, untuk diambil sisi positifnya, karena persepsi bagi kebanyakan orang cenderung mengganggu ketenteraman,” pungkas Wihaji.
Sebagai bentuk perhatian Pemkab Batang terhadap mantan anak punk yang berkeinginan kuat untuk berubah menjadi insan yang bermanfaat.
Kedua anak punk tersebut mendapat bantuan tambahan modal usaha yang masing-masing sebesar Rp1 juta.
“Masa depan mereka tidak ada yang tahu, tapi kalau melakukan hal yang baik, InsyaAllah anak-anak ini masih punya harapan,” ungkapnya.
Salah satu mantan anak punk, Didik Hasanudin mengutarakan, alasan terbesar berhenti menjadi anak punk, karena ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Baca Juga:Tragis! Warga Agam Tewas Diduga Diterkam Buaya di Sungai Batang Masang
Ia pun sekarang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dengan berjualan minuman kopi dari modal ngamen waktu jadi anak punk.