Kisah Penyandang Disabilitas di Semarang Buat Bengkel Sendiri

Kebanyakan bengkel yang dia datangi menolak karena motor yang digunakannya lebih ribet.

Ronald Seger Prabowo
Senin, 31 Mei 2021 | 16:11 WIB
Kisah Penyandang Disabilitas di Semarang Buat Bengkel Sendiri
Penyandang disabilitas di Semarang, Suwanto. [Ssuara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Kehidupan keras membuat Suwanto, penyandang disabilitas asal Kota Semarang itu mempunyai tekat yang besar. Keterbatasan yang dia miliki tak menghalangiya untuk meraih apa yang dia inginkan dengan mandiri.

Tekat besar Suwanto mulai terbentuk sejak dia kesulitan menemukan bengkel yang bersedia servis kendaraan roda tiga yang biasa dia gunakan. Kebanyakan bengkel yang dia datangi menolak karena motor yang digunakannya lebih ribet.

Untuk itu, dia mempunyai keinginan untuk bisa menjadi montir atau tukang bengkel spesiais kendaraan untuk orang dengan kebutuhan khusus atau defabel. Namun, untuk menjadi tukang bengke ternyata tak mudah.

Bertahun-tahun dia harus bekerja keras belajar soal dunia otomotif. Tak terhitung kegagalan yang dia alami ketika belajar di dunia otomotif. Selain peralatan yang tak lengkap, ilmu otomotif yang dia dapatkan saat ini juga dia peroleh dengan cara otodidak.

Baca Juga:Bersiap! Kota Semarang Bakal Tampung Pasien Covid-19 Asal Kudus

"Dulu tak ada yang ngajarin,  semua ilmu ini saya peroleh dengan cara otodidak. Hanya titen saja bertahun-tahun," jelasnya  saat ditemui di rumahnya yang terletak di Jangli, Kecamatan Tembalang, Kota Semrang, Senin (31/5/2021).

Hasil dari kerja kerasnya, kini dia sudah mempunya bengkel sepeda motor spesialis roda tiga yang diberi  nama Compac Motorcycle. Meski tak besar, bengkel itu sudah bertahan hingga 15 tahun sampai saat ini.

"Teman-teman defabel kalau mau modif atau buat sepeda motor roda tiga pada ke bengkel ini," ujarnya.

Penamaan bengkel Compac sendiri diambil dari kalimat Komunitas Motor Penyandang Cacat. Sampai pada tahap ini dia nersyukur.  Meski belum mempunyai banyak kariyawan, setidaknya dia bisa hidup mandiri tanpa merepotkan orang lain.

"Dengan modif motor roda tiga ini penyandang disabilitas juga bisa hidup mandiri," paparnya.

Baca Juga:Fenomena Hujan Es di Semarang, Begini Penjelasan BMKG

Untuk memodifikasi kendaraan, Suwanto mematok tarif Rp4-8 jutaan. Menurutnya, biaya yang agak tinggi itu sudah sepadan, karena banyak fitur tambahan yang diperlukan untuk mengubah motor roda dua menjadi roda tiga.

Beberapa fitur itu, salah satunya gardan, komponen yang memungkinkan motor mundur otomatis. Bagi penyandang disabilitas, fitur ini tentu sangat penting.

"Selain itu juga harus menambahkan tiga rem cakram pada motor untuk keamanan pengendara," paparnya.

Tak hanya memodifikasi, Compac Motorcycle juga menerima perbaikan dan perawatan rutin motor laiknya kebanyakan bengkel motor. Dalam sebulan, pendapatannya nggak pasti. Namun, dia mengaku biasanya melayani sekitar 10 orang pelanggan selama itu.

"Motor-motor biasa juga ada yang servis di sini namun memang didominasi motor roda tiga milik penyandang disabilitas," ucapnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak