Tugu Ikonik Simbol Kesuburan dan Jejak Soekarno di Taman Pancasila Kota Tegal

Taman Pancasila dibangun dan diresmikan oleh Soekarno pada tahun 1950-an.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 02 Juni 2021 | 07:52 WIB
Tugu Ikonik Simbol Kesuburan dan Jejak Soekarno di Taman Pancasila Kota Tegal
Warga memadati kawasan Taman Pancasila Kota Tegal setelah selesai direvitalisasi beberapa waktu lalu. [Suara.com/F Firdaus]

SuaraJawaTengah.id - Hari Lahir Pancasila diperingati setiap 1 Juni. Penetapan itu merujuk pada peristiwa sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945 silam yang mambahas dasar negara Indonesia.

Kala itu, salah satu anggota ‎BPUPKI, Soekarno yang kemudian menjadi proklamator kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dalam pidatonya memperkenalkan dasar negara Indonesia yang diberi nama Pancasila.

‎Selain tak bisa dilepaskan dari sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, jejak Soekarno juga terdapat di sebuah taman yang ada di Kota Tegal, yakni Taman Pancasila.

Taman Pancasila menjadi salah satu tempat bersejarah di Kota Bahari karena pernah diresmikan oleh Soekarno ketika sudah menjadi presiden pertama RI. Di kawasan publik yang baru selesai direvitalisasi pada 2021 ini juga terdapat sebuah bangunan tugu ikonik‎.

Baca Juga:Tahun 1934, Soekarno Rumuskan Pancasila di Tempat Ini

Menurut sejarawan Pantura, Wijanarto, ‎Taman Pancasila dibangun dan diresmikan oleh Soekarno pada tahun 1950-an.

‎"Taman Pancasila itu bisa disebut cagar budaya karena itu diresmikan Soekarno saat datang ke Tegal," kata Wijanarto kepada Suara.com, Selasa (1/6/2021).

Wijanarto mengungkapkan, di Taman Pancasila terdapat bangunan tugu yang menjadi ikon tempat publik tersebut. Bentuk tugu ini berupa simbol Lingga dan Yoni yang diambil dari peradaban Hindu.

Bentuk Lingga yang lonjong merepresentasikan alat kelamin laki-laki, sedangkan Yoni memiiki bentuk yang menggambarkan alat kelamin perempuan.

"Bentuk yang lonjong itu merepresentasikan alat kelamin laki-laki. Kalau yang kaya lumpang, yang mencagak itu adalah Yoni-nya. Itu melambangkan kesuburan, yang diambil dari jejak peradaban Hindu," ujar Wjanarto.

Baca Juga:Sejarah Hari Lahir Pancasila Jadi Libur Nasional, Ini Penjelasan dan Prosesnya

Tugu berupa simbol Lingga dan Yoni tersebut, kata Wijanarto, juga merepresentasikan kemakmuran. Hal ini menjadi salah satu nilai filosofi dalam pembangunan Taman Pancasila.

‎"Jadi sepasang alat kelamin laki dan wanita itu representasi kemakmuran. Soekarno ingin agar pesan di balik pembangunan Taman Pancasila itu ya kemakmuran dan keadilan. Itu kan merepresantasikan sila ke lima Pancasila,"‎ katanya.

Tak hanya meresmikan Taman Pancasila, ‎Wijanarto menyebut kedatangan Soekarno ke Tegal kala itu juga bertujuan untuk menggaungkan spirit persatuan dan kesatuan bangsa setelah terjadi gejolak Peristiwa Tiga Daerah.

‎"Soekarno datang ke Tegal selepas Peristiwa Tiga Daerah, khusus untuk menekan radikalisme orang-orang Tegal setelah peristiwa revolusi sosial tu. ‎Pidato Soekarno  yang menarik saat itu adalah 'jangan sampai berdiri Republik Tegal, Republik Slawi, dan Republik Talang'. Ini ungkapan Soekarno tentang pentingnya persatuan dan kesatuan," ungkap Wijanarto.

Menurut dia, Soekarno merasa perlu untuk datang ke Tegal karena Peristiwa Tiga Daerah yang dimotori tokoh bernama Sakyani alias Kutil pada saat itu mampu membuat pemerintah pusat kelimpungan dan wibawanya jatuh.

‎"Soekarno secara khusus datang ke Tegal untuk mengembalikan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Ini perlu diungkapkan bagaimana petingnya Tegal dalam peringatan Hari Lahir Pancasila," tandasnya.

Selain jejak kunjungan Soekarno, Kota Tegal menurut Wijanarto juga memiliki sejarah kelam yang bisa menjadi pengingat dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, terutama nilai kemajemukan.

Peristiwa tersebut yakni kerusuhan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) pada Maret 1963. Peristiwa yang menjalar hingga ke wilayah Kabupaten Tegal ini menimbulkan korban dari kalangan etnis Tionghoa.

"Jadi kalau melihat sejarah‎ Tegal itu satu, bagaimana menjaga persatuan, dan kedua adalah bagaimana mengelola kemajemukan‎. Terkait persatuan, penting juga untuk menjadi pelajaran bagi elit birokrasi di Kota Tegal karena wali kota dan wakil wali kotanya saat ini tidak akur. Persatuan antar elit birokrasi itu juga sangat penting‎," ujar Wijanarto.

Kontributor : F Firdaus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak