Kisah Salamun, Pemburu Sampah Plastik di Laut Semarang

Dia tak bisa membayangkan jika suatu saat nanti laut di Semarang benar-benar dipenuhi dengan sampah.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 03 Juni 2021 | 14:48 WIB
Kisah Salamun, Pemburu Sampah Plastik di Laut Semarang
Ketika Salamun membuat kerajinan tangan (Suara.com/Dafi Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Pernah dengar pemburu sampah plastik yang ada di  laut Semarang? dia adalah Salamun (45) warga Tambakrejo, Tanjungmas, Kota Semarang. Sejak lima tahun yang lalu dia berburu sampah plastik yang ada laut sembari mencari ikan.

Dia melakukan itu karena resah dengan banyaknya sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut kerapkali menghantuinya. Dia tak bisa membayangkan jika suatu saat nanti laut di Semarang benar-benar dipenuhi dengan sampah.

Karena itulah,  setiap kali melihat sampah plastik di laut dia selalu membawa sampah itu ke rumah. Sampah plastik itu tak hanya dibiarkan saja, Salamun membuat sampah  plastik itu menjadi karya seni yang luar biasa.

"Saya mikir ini gimana caranya bisa menghabiskan walaupun sendiri, ya memang enggak bisa habis (sampahnya). Setidaknya bisa mengurangi.  Jadi intinya, bapak makan carinya di laut kalau ada sampah lima tahun kedepan jadi apa Semarang Utara," tanya dia saat ditemui di rumahya, Kamis (3/6/2021).

Baca Juga:Libur Kuliah Saat Pandemi, Mahasiswa Ini Malah Jadi Jutawan dari Bisnis Sablon

Salamun memanfaatkan sampah dari laut untuk dijadikan kerajinan tangan berupa merak dari kaleng bekas dan kapal terbuat dari bambu yang terapung di laut. Namun,  sampah kaleng dari laut banyak yang berkarat karena posisi kaleng masih keadaan tertutup.

"Kalau dari laut harus dicuci sampai bersih karena sudah terkena air asin bakal berkarat," katanya.

Dia mengaku tidak belajar membuat kerajinan tangan yang berasal dari daur ulang sampah plastik yang dari laut itu secara otodidak. Dia hanya berfikir agar sampah-sampah yang di laut bisa bersih.

"Jadi enggak tahu ini termasuk saya otodidak atau enggak belajar, jadi semua kerajinan dibuat dadakan. Hanya saja memiliki ide bagaimana caranya membuat sesuatu yang berbeda dari sampah-sampah di laut ini," ujarnya.

Proses pembuatan kerajinan tangan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Harga kerajinan dimulai 150 ribu yang kecil seperti murai. Sedangkan, 1,5 juta
seperti kerajinan merak.
 
Karena kegiatannya itu, Salamun juga menjadi salah satu inisiator bank sampah bersama istrinya. Selain itu, Salamun juga  memberikan kesempatan untuk masyarakat dan mahasiswa melakukan pelatihan bersamanya.

Baca Juga:Pemilik Mercy Ngamuk Mobil Diserempet saat Parkir, Pelaku Dikecam Nggak Ada Akhlak

"Bahan baku dari laut yang dikumpulkan," jelasnya.

Bapak anak ketiga itu mengatakan, banyak mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sering memanggil untuk mengisi pelatihan kerajinan tangan.

"Soal penjualan nanti anak-anak enggak tau dijual bagaimana," pungkasnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak