Duduk di depan laptop yang ditelakkan di atas meja di kamarnya, Haikal menjalani ujian skripsi tanpa disaksikan keluarganya. Dia hanya "ditemani" teh hangat, minyak kayu putih dan sejumlah obat.
"Pagi hari sebelum ujian dimulai, gejala yang saya rasakan juga bertambah, diare. Perut sakit, seperti dikrues-krues," ujarnya.
Ujian skripsi tersebut berlangsung selama sekitar 1,5 jam mulai dari presentasi, demo, hingga tanya jawab. Sinyal yang timbul-tenggelam sempat menjadi kendala saat ujian berlangsung. Untungnya, gejala kehilangan penciuman dan perasa yang dialami Haikal saat itu mulai sedikit membaik.
"Pas ujian ada rasa deg-degan, campur aduk. Antara fokus penyembuhan biar cepat negatif dan harus mempersiapkan diri untuk ujian. Sempat pesimis bisa lulus karena persiapan kurang, kesehatan menurun. Tapi saya menyemangati diri, saya harus lulus dan berusaha mempersiapkan sebaik-baiknya. Alhamdulillah lulus. Sudah lega," tuturnya.
Baca Juga:Kasus COVID-19 Bali Masih Tinggi, 212 Orang Terinfeksi Dalam Sehari
Di balik kelulusannya tersebut, ada serangkaian perjuangan yang dilewati Haikal dalam menuntaskan kuliah, termasuk menyelesaikan skripsi di tengah wabah Covid-19.
Sejak mulai menempuh pendidikan strata satu pada 2016, pria 30 tahun itu mesti membagi waktu antara kuliah, bekerja, dan berbagi tugas dengan sang istri dalam mengurus anak semata wayangnya yang baru berusia 11 bulan.
"Kalau skripsi, mulai buatnya sekitar setahuan yang lalu. Karena pandemi sempat terbengkalai," ucapnya.
Pengalaman
Proses meraih gelar sarjana di tengah pandemi Covid-19 dengan kondisi terpapar tersebut pun menjadi pengalaman yang takkan terlupakan bagi Haikal. Apalagi sejumlah anggota keluarganya juga ada yang terpapar.
Baca Juga:Alasan Sri Mulyani Ngotot Mau Revisi UU Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan
"Istri saya sudah positif Covid-19 lebih dulu sehari sebelum saya positif setelah mengalami gejala batuk dan mau pilek. Jadi, saya isoman, dia juga isoman. Anak harus diungsikan sama mertua ke rumah mbah buyut. Ibu saya dua minggu lalu juga sempat positif," ujarnya.
Haikal berharap ledakan kasus Covid-19 yang sedang terjadi di hampir semua daerah diiringi meningkatnya angka kematian membuat masyarakat lebih waspada dan patuh menerapkan protokol kesehatan sehingga pandemi lekas menemui ujung.
"Sekarang penularan semakin cepat. Di tambah setiap hari dengar mobil ambulans lewat, sampai saya yang sedang isoman ikut kepikiran. Covid-19 itu nyata ada, dan tidak enak jika terkena. Saya yang sudah hati-hati sekali, pakai masker, jaga jarak, pulang tidak langsung kontak istri dan anak serta sudah vaksin saja bisa kena, apalagi yang cuek," ucapnya.
Kontributor : F Firdaus