SuaraJawaTengah.id - Petani di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, mengembangkan teknik pembibitan padi dalam beki (nampan). Hemat lahan dan dapat meningkatkan produksi padi.
Teknik pembibitan padi dalam beki itu dikembangkan Muhamad Khoirul Arisnanto, petani Desa Kalisalak sejak 10 tahun lalu. Menurut dia, metode pembibitan padi yang dilakukan mayoritas petani sekarang tidak efektif.
Pada metode biasa, sedikitnya petani melakukan 2 kali penyiapan lahan untuk petak penyemaian bibit dan penanaman padi. Ongkos yang harus dikeluarkan untuk buruh penggarap lahan berkisar Rp50 ribu per orang.
“Pakai metode pembibitan biasa, petani harus membuat petak bibit di sawah. Itu ongkos macul sudah biaya. Nanti dawut biaya. Setelah didawut sawah dipaculi lagi juga biaya. Itu sudah 3 kali biaya,” kata Muhamad Khoirul Arisnanto yang biasa dipanggil Anto, Selasa (13/7/2021).
Baca Juga:Jalan Ditutup Dampak Penyekatan, Perlakuan Wanita ke Bapak Pengayuh Sepeda Jadi Sorotan
Dawut adalah proses memindahkan bibit padi dari petak penyemaian sebelum ditanam. Proses tandur (tanam padi) dilakukan di waktu yang terpisah sehingga petani kembali harus mengeluarkan biaya tambahan.
Anto mengatakan, metode pembibitan konvensional ini menyebabkan biaya menanam padi menjadi mahal. “Petani sulit untuk sejahtera. Belum lagi harga jual gabah yang tidak menentu. Saya ingin nasib petani berubah.”
Menurut Anto, kelebihan metode pembibibitan dalam beki, lebih efisien waktu dan tenaga. Petani tidak perlu menyiapkan lahan khusus untuk menyemai bibit.
Hanya dibutuhkan beki (nampan bambu) ukuran 100 x 50 centimeter untuk tempat menyemai bibit padi. Pada wadah beki disiapkan media tanam berbahan pupuk kandang.
Dalam wadah beki, padi disemai selama 14-20 hari. Kelebihan pembibitan dalam beki adalah pada bibit masih menempel gabah yang menjadi cadangan makanan.
Baca Juga:Putar Balik di Pos Penyekatan PPKM, Wanita Naik Mobil Teriak-teriak Minta Petugas Adil
“Padi tinggal digulung seperti karpet. Karena media tanamnya organik dan masih ada gabah cadangan makanan, bibit bisa hidup beberapa hari tanpa diairi,” ujar Anto.
Hal itu memungkinkan bibit padi dikirim menggunakan paket ke luar kota atau bahkan luar Jawa. “Kalau bibit ini kita berani kirim paket sampai ke Sumatera. Kemasnya juga gampang karena bibit bisa digulung seperti karpet.”
Melalui metode pembibitan dalam beki, jumlah bibit yang digunakan lebih efisiensi. Untuk sawah seluas 1 hektare, hanya dibutuhkan 10 kilogram bibit.
Pada pembibitan biasa, 1 hektare lahan membutuhkan 40-50 kilogram bibit. Dari pembibitan model beki, hasil panen bisa dicapai minimal 10 ton gabah untuk 1 hektare sawah.
Kuncinya ada pada teknik penanaman padi. Jika teknik biasa dibutuhkan banyak rumpun bibit, pada benih dari beki hanya dibutuhkan maksimal 3 batang bibit.
“Petani sering salah kaprah. Dikira kalau bibitnya banyak nanti hasil rumpun padinya juga banyak. Padahal secara pratik, itu malah rebutan makanan. Nanti hasil bulir padinya tidak banyak.”
Mengapa jumlah hasil panen bibit dalam beki bisa maksimal, karena bibit ditanam pada usia muda. Bibit ditanam tidak lebih dari 20 hari setelah ditebar di tempat persemaian.
Selain itu akar bibit dalam beki lebih terjaga sempurna, sehingga setelah ditanam dapat langsung maksimal menyerap makanan. “Bibit tidak stres karena akar atau batangnya dipotong sebelum ditanam,” kata Anto
Bibit Padi Varietas Lokal
Bibit padi yang dikembangkan dalam beki adalah varietas lokal Srimulyo. Bibit Srimulyo dikembangnya dari jenis padi jangir yang ditanam warga Kalisalak secara turun temurun.
Anto sendiri mendapat bibit padi jangir dari simpanan ibunya sekitar 10 tahun lalu. Dulu ada 2 jenis padi jangir yang ditanam warga Desa Kalisalak, yang satu pulen dan yang lainnya pera (keras atau kering).
Bibit padi yang menghasilkan beras pulen kemudian dikembangnya menjadi padi varietas lokal diberi nama Srimulyo.
“Sri itu nama ibu saya. Mulyo kami jadikan nama karena kami ingin nasib petani Kalisalak dan Kabupaten Magelang maju dan sejahtera. Biar mulya,” kata Anto.
Padi Srimulyo saat ini dalam proses sertifikasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Setelah memperoleh sertifikat padi varietas lokal, Srimulyo mendapat izin untuk dibudidayakan di lahan pertanian dalam lingkup Kabupaten Magelang.
Saat ini padi varietas lokal Magelang yang telah memiliki sertifikat, baru padi jenis Mentik Wangi Susu di Kecamatan Sawangan.
“Ini diharapkan bisa untuk yang kedua. Kami juga ingin mengawal untuk identifikasi geografi agar bisa diklaim bahwa padi varietas ini kepunyaan Kabupaten Magelang,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Ade Sri Kuncoro Kusumaningtyas.
Uji sertifikasi benih padi Srimulyo dilakukan di lahan percontohan (demplot) di Desa Sriwedari, Kecamatan Muntilan. Di lahan seluas 4 ribu meter ini benih padi Srimulyo ditanam secara organik.
Diperkirakan hasil panen dari demplot ini sekitar 2 ton gabah. “Ini varietas yang memang belum ada namanya. Diharapkan diterbitkan sertifikasi lokal. Jadi boleh dikembangbiakan di seluruh Kabupaten Magelang.”
Dari pengujian BPSB akan ditemukan sepesifikasi fisik varietas padi Srimulyo. Dari jumlah bulir per malai, jumlah malai per batang, hingga tinggi tanaman.
Identifikasi juga akan memperkirakan berapa hasil produksi dalam satu hektare. Indentifikasi akan membedakan ciri fisik padi dengan varietas lainnya.
Jenis varietas tanaman yang dikembangkan selama ini adalah padi program dari pemerintah seperti Inpari 32, Inpari 42, dan Ciherang. Janis padi varietas lokal belum banyak dikembangkan.
“Mengembangkan varietas lokal pertama jadi kebanggaan kita. Kedua pastinya potensi di Magelang ini ternyata ada varietas lokal yang perlu diketahui dan perlu dikembangkan,” ujar Ade.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi