SuaraJawaTengah.id - Sebuah rumah sakit di Banjarnegara Jawa Tengah menciptakan masker ajaib. Tak tanggung-tanggung, masker ini diyakini dapat membantu meringankan sesak nafas akibat Covid-19.
Dengan teknologi canggih saat ini, pihak medis memanfaatkannya untuk membantu mengatasi situasi pandemi. Berbagai inovasi dilakukan agar nyawa pasien terselamatkan.
Masker ajaib diciptakan dengan menerapkan teknologi ultrasonik yang dinilai lebih aman. Masker ini berfungsi sebagai nebulizer atau alat yang mengubah obat cair menjadi uap untuk dihirup ke dalam paru-paru. Fungsi nebulizer adalah untuk melegakan saluran napas yang menyempit.
Masker tersebut sudah diuji cobakan kepada pasien Covid-19 yang memiliki gejala sesak nafas, salah satunya yakni Agus Setyawan, warga Banyumas.
Baca Juga:13.912 Anak di Kota Bekasi Terpapar COVID-19 Sepanjang Pandemi
"Setelah hari ke enam saya menggunakan alat ini, alat ini simpel sekali bisa dibawa kemana mana. Dan juga segar setelah menggunakannya. Selain itu, nafas menjadi lega, dan dahak banyak yang keluar," kata Agus Setyawan saat sedang dirawat di RSI Banjarnegara, Sabtu (31/7/2021).
Direktur RSI Banjarnegara dr Agus Ujianto menjelaskan, alat temuannya memiliki prinsip merubah cairan seperti minyak ecaliptus (minyak kayu putih) atau sejenisnya, diubah menjadi uap yang bisa di hisap melalui hidung dan jalur pernafasan sebagai terapi yang menciptakan sensasi melegakan.
Masker candradimuka menggunakan daya batre dan bisa di carge berulang. Selain itu terdapat rangkaian elektronik yang mengeluarkan gelombang ultrasonik.
Masker tersebut berbahan dasar masker 3M yang biasa dipakai tukang cat atau laboratorium. Kemudian, oleh Tim Litbang RSI Banjarnegara masker tersebut dimodifikasi sehingga dapat untuk terapi inhalasi atau pernafasan.
Dalam masker candradimuka, gelombang ultrasonik bertugas memecah partikel uap menjadi ukuran sekitar 5 mikro. "Lalu, Uap tersebut yang dihisap tubuh sesuai kebutuhan. Jadi, alat ini bukan obat covid, namun sebagai salah satu alat terapi inhalasi menggunakan metode nebulizer,"jelasnya.
Baca Juga:Lagi, Kisah Pilu Bocah 11 Tahun di Sragen Jadi Yatim Piatu Akibat Covid-19
Alat ini diyakini aman digunakan karena menggunakan gelombang ultrasonik.
"Alat ini tidak membakar cairan yang menjadi uap, atau dipanaskan, seperti halnya vape, namun ada gelombang ultrasonik yang memecah partikel itu menjadi uap," kata Agus.
Ia menambahkan, nama masker candradimuka diambil dari nama salah satu kawah di Kabupaten Banjarnegara, yaitu Kawah Candradimuka. Alasannya, penampakan masker hampir sama seperti kawah aktif yakni mengeluarkan uap.
Sementara, dokter spesialis anastesi RSI Banjarnegara dr Anantya Hari Wibowo menambahkan, prinsipnya adalah masker, dan nebulizer menggunakan gelombang ultrasonik, yang menghasilkan aerosol.
"Prinsipnya sama seperti alat nebulizer pada umumnya, namun ada modifikasi menggunakan gelombang ultrasonik yang mampu menghasilkan molekul yang kecil dan mampu diserap langsung inhalasi masuk jalan nafas lebih nyaman,"katanya.
Ia menyebutkan, Kedepan akan dilakukan pengembangan sehingga bisa digunakan bagi pasien TBC, ppok dan lainnya diharapkan terbantu menggunakan alat terapi inhalasi.
Selain minyak kayu putih, juga dapat menggunakan obat obatan yang mampu melonggarkan jalan nafas, dan juga bisa digunakan untuk membantu pengenceran dahak. "Sehingga, pasien bisa lega dan dahak bisa keluar. Tim akan berusaha mengembangkannjuga menggunakan bahan bahan tradisional," kata dr Anantya.
Jika di luar negeri ada terapi terapi menggunakan obat obatan lainnya. Untuk proses pembuatannya, pihaknya menyebut menghabiskan dana sekitar Rp10 juta untuk menghasilkan empat alat serupa. Jika masuk produksi masal, dirinya yakin akan bisa jauh lebih murah.
Kontributor : Citra Ningsih