Kisah Kopi Kuno Kota Semarang yang Bikin Pemiliknya Jadi Konglomerat

Kota Semarang memiliki banyak cerita sejarah, salah satunya adalah kopi kuno ini

Budi Arista Romadhoni
Senin, 16 Agustus 2021 | 20:30 WIB
Kisah Kopi Kuno Kota Semarang yang Bikin Pemiliknya Jadi Konglomerat
Widayat Basuki Dharmowiyono, generasi ketiga dari pemilik kopi Margo Redjo yang saat ini lebih dikenal dengan Dharma Boutique Roastery. [Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa]

Sosok yang berperan adalah Tan Liang Hoo, anak dari Tiang Tiong Ie yang menjadi "motor penggerak" pabrik.

Kata Claver, Tan Liang Hoo punya ketertarikan besar pada produksi dan teknik pemasaran. Paman Basuki ini memiliki cakrawala luas dalam mengikuti informasi terkini. Dia juga memiliki ide cemerlang untuk memasarkan produk.

Dalam gerak usaha kopinya, Tan Liang Hoo punya peran sebagai copywriter pada desain iklan, flyer, dan poster Margo Redjo. Promosinya pun cukup gencar, baik melalui pemasangan iklan di koran, ikut pameran atau memberi bonus.

Basuki kemudian memaparkan di puncak kejayaannya pada 1930, Margo Redjo bahkan sampai punya beberapa produk dan variasi harga.

Baca Juga:Ganjar Pranowo Gagas Tanjung Emas Jadi Pelabuhan Hortikultura

“Yang paling murah, Tjap Grobak Idjo dan yang paling mahal, Tjap Margo Redjo. Di antara keduanya ada Tjap Pisau, Tjap Orang-Matjoel, Koffie Sentoso, Koffie Mirama, dan Koffie Sari Roso,” jelasnya.

Saat jaya dulu kopi yang dipilih adalah arabica. Mereka mendapat jenis kopi itu di Boja dan Temanggung. Namun kini, dikarenakan menyesuaikan pasar, kopi didapat dari berbagai daerah.

Selain promosi  cerdas, kunci keberhasilan dari kopi Margo Redjo adalah pada sektor distribusi.

Kala itu pendistribusian kopi dilakukan di berbagai daerah, termasuk wilayah terpencil sekalipun. Selain itu, kopi ini juga diekspor ke negara tetangga, Singapura.

Dalam setahun, ekspor Margo Redjo mencapai satu juta kilogram kopi. Dari raihan itu tentu tidak heran jika Tan Tiong Ie jadi salah seorang konglomerat di Jawa.

Baca Juga:Mahasiswa KKN UIN Walisongo Menerima 50 Bibit Pohon dari DLH Kota Semarang

Namun sayang, era kejayaan memang tidak ada yang abadi. Berbagai gejolak yang menghinggapi Tanah Air turut menggiring bisnis Tan Tiong Ie ke dalam jurang kegelapan.

Namun kendati demikian, Margo Redjo masih bertahan. Kini sebagai generasi ketiga Basuki enggan menutup bisnis yang telah dibangun pendahulunya dengan darah dan keringat ini.

“Ini adalah warisan. Saya punya ikatan untuk meneruskannya,” pungkas laki-laki yang bakal berulang tahun ke-75 ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak