Monumen Tugu Kemit, Jejak Sejarah Perjuangan Rakyat Kebumen

Sesuai perjanjian Renville, 17 Januari 1948, Belanda menguasi sebagian besar wilayah Indonesia melalui negara-negara yang diklaim sebagai bentukan mereka.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 17 Agustus 2021 | 12:05 WIB
Monumen Tugu Kemit, Jejak Sejarah Perjuangan Rakyat Kebumen
Monumen Tugu Kemit di Jalan Karanganyar-Gombong, Kabupaten Kebumen. Monumen yang menandai peristiwa dimulainya Agresi Militer Belanda II. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi]

SuaraJawaTengah.id - Mbah Karyo (78 tahun) masih ingat bagaimana peristiwa serangan Belanda di Kali Kemit berlangsung. Peristiwa ini menandai Agresi Militer Belanda II di wilayah Kebumen, Jawa Tengah.

Seingat Mbah Karyo, peristiwa itu diawali suara ledakan granat yang memecah kesunyian pagi. 19 Desember 1948.

“Waktu itu terdengar suara bom (granat). Orang-orang di sekitar Desa Grenggeng keluar semua. Penduduk panik dengar suara bom,” kata Mbah Karyo saat ditemui di rumahnya di Dusun Longop, Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar, Kebumen.

Suara ledakan berasal dari Kali Kemit yang saat itu menjadi batas garis demarkasi wilayah Indonesia dan Belanda. Sesuai perjanjian Renville, 17 Januari 1948, Belanda menguasi sebagian besar wilayah Indonesia melalui negara-negara yang diklaim sebagai bentukan mereka.

Baca Juga:Pakai Baju Adat Sunda, Wapres Ma'ruf Amin Ajak Rakyat Indonesia Bangkit

Republik Indonesia hanya menguasai wilayah di sebagian besar Sumatera (kecuali negara Sumatera Timur dan Selatan), Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Kali Kemit kemudian ditetapkan sebagai batas terluar bagian barat wilayah Negara Indonesia di pulau Jawa. Pasukan beserta pejabat pemerintahan Indonesia harus keluar dari daerah pendudukan Belanda.

Perjanjian ini menyebabkan pasukan Divisi Siliwangi ditarik keluar dari wilayah Jawa Barat ke Jawa Tengah (Long March Divisi Siliwangi). Jembatan Kali Kemit menjadi pintu keluar-masuk pejabat dan tentara Indonesia yang hijrah ke Jawa Tengah.

Garis Demarkasi di Kali Kemit dijaga 7 anggota Polisi Kemanan (PK) yang berasal dari CPM. Pos penjagaan Polisi Keamanan menggunakan rumah milik warga, Prawiro Soemarto.

Serangan Belanda ke pos penjagaan, menyebabkan 7 Polisi Keamanan tewas. Namun menurut kesaksian Mbah Karyo, jumlah korban tewas saat itu lebih banyak, termasuk warga sipil.

Baca Juga:LENGKAP Link Video Upacara HUT ke-76 RI di Istana Merdeka, Durasi Hampir 2 Jam

Mbah Karyo menyebut korban tewas pada serangan itu mencapai 40 orang. Ketujuh Polisi Keamanan itu semula dimakamkan secara kurang layak di sebelah selatan Kali Kemit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini