“Mereka dikubur di selatan Kali Kemit. Tapi sekarang sudah dipindah ke pemakaman yang lebih layak di Desa Grenggeng,” kata Mbah Karyo.
Setelah serangan Belanda itu warga Desa Grenggeng berhamburan mencari tempat aman. Termasuk Mbah Karyo yang saat itu masih bocah. “Saya lari kesana kemari nggak pakai celana mencari tempat aman.”
Selain harus menyelamatkan diri, Mbah Karyo dan warga lainnya juga kesulitan mendapatkan makan. Hasil panen petani biasanya dirampas tentara Belanda.
Salah satu tujuan membelah wilayah Indonesia menggunakan aturan garis demarkasi adalah memutus rantai pasokan makanan untuk tentara Republik.
Baca Juga:Pakai Baju Adat Sunda, Wapres Ma'ruf Amin Ajak Rakyat Indonesia Bangkit
“Penduduk harus mencari makanan sisa dari para tentara Belanda. Susah hidup jaman itu. Hasil panen sering diambil Belanda,” kata Mbah Karyo.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, Pemerintah Kabupaten Kebumen kemudian mendirikan monumen Tugu Kemit pada tahun 1974. Monumen yang dirancang seniman keturunan Tionghoa, Teguh Twan, selesai dibangun setahun kemudian.
Monumen Tugu Kemit terletak di Jalan Karanganyar-Gombong, Kabupaten Kebumen. Pada tembok Tugu Kemit, Teguh Twan dibantu seniman pahat, Suko membuat relief yang menceritakan peristiwa serangan Belanda tersebut.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Baca Juga:LENGKAP Link Video Upacara HUT ke-76 RI di Istana Merdeka, Durasi Hampir 2 Jam