SuaraJawaTengah.id - Beredar sebuah video memperlihatkan seorang kepala desa di Banjarnegara Jawa Tengah sedang mencabut sebuah reklame dengan emosi.
Dalam video tersebut tampak seorang ASN yang diduga kepala desa mencabut sejumlah tiang reklame sambil marah marah.
Ia mencabut reklame dengan cara menendang menggunakan kaki kemudian mencabut papan reklame menggunakan kedua tangan kosong, Senin (27/9/2021).
Ternyata benar, setelah dikonfirmasi yang melakukan aksi tersebut adalah Kepala Desa Kalilunjar, Kabupaten Banjarnegara.
Baca Juga:Viral Dewan Pukul Talut Ambrol, DPUPR Banjarnegara Dinilai Lalai Gegara Ini
"Emosi saya, jadi saya cabut saja," ungkap Slamet Kedes Kalilunjar kepada Suara.com, Selasa (28/9/2021).
Ia mengaku geram lantaran reklame tersebut mengganggu jaringan listrik di wilayah Desa Kalilunjar. Slamet juga mengatakan bahwa reklame tersebut tidak ada keterangan dari perijinan.
"Kayaknya nggak berijin karena tidak terlihat stiker perijinan, biasanya kan ada stikernya kalau berijin. Adapun berijin harusnya nggak nempel jaringan listrik, bahaya," kata Slamet.
Ia mengatakan, reklame yang diperkiraan satu minggu pemasangan menjadi pemicu korsleting listrik di wilayah desa. Ia juga menyayangkan lokasi pemasangan reklame kurang tepat yakni di taman desa.
"Sudah ada satu minggu, selama itu listrik njepat 4 kali, hujan kena angin dan air trus korslet. Dan pemasangannya kurang tepat karena itu di taman desa," ujar dia.
Baca Juga:Ditodong Senpi, Dana BLT Rp37 Juta Raib Dirampok
Sejauh ini, Slamet mengaku sudah mencopot sebanyak tiga reklame dari total enam reklame. Sementara ukuran reklame tersebut masing masing adalah 1/2 meter x 5 meter. "Total ada 6, sudah dicopot 3, dimensi reklame 1/2 meter x 5 meter," tutur dia.
Reklame iklan produk tersebut dipasang sepanjang 20 meter di tepi jalan tepatnya di jalan Karangkobar sepanjang 20 meter. "Sepanjang 20 meter isi 6 ,itu di wilayah rw 2 jalan karangkobar," jelas dia.
Ia mengungkapkan bahwa aksi yang dilakukan lantaran adanya keluhan warga yang takut karena muncul percikan ketika hujan turun. Ia terpaksa melakukan pencopotan karena tidak tahu pihak yang memasang dan tidak memiliki nomor yang bersangkutan.
"Jadi awalnya masyarakat ribut karena takut, karena sekarang musim hujan, lalu terjadi konduksi. Keliatan percikan api kalau hujan, jadi warga meminta saya untuk menindak, itu saja tadi waktu mencabut saya ndak berani pakai tangan, saya tendang dulu pakai kaki karena nyetrum. Saya mau konfirmasi tapi ndak ada nomernya," papar dia.
Kontributor : Citra Ningsih