SuaraJawaTengah.id - Musim kemarau jadi kenangan masa-masa sengsara bagi masyarakat Dusun Bondan di Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Dahulu, saat musim kemarau tiba, persoalan kesulitan air bersih mengancam di hadapan mata.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di musim kemarau, warga Dusun Bondan mesti berpeluh keringat. Di musim kemarau, air bersih hanya bisa didapatkan dari mata air di Pulau Nusakambangan. Dari Dusun Bondan, menyeberangi Laguna Segara Anakan, untuk menuju ke Nusakambangan bukanlah perjalanan mudah. Warga mesti menggunakan perahu dengan waktu tempuh selama 3 jam.
Muhammad Saepullah, warga Bondan mengalami persoalan itu selama 20 tahun. Pria berusia 32 tahun yang akrab disapa dengan panggilan Aep ini, mulai menetap di Dusun Bondan sejak tahun 1998. Saban kemarau tiba, ia tahu, bakal menjalani kehidupan sehari-hari yang tak mudah baik secara fisik, psikis, maupun ekonomi.
“Kalau ambil air bersih di Nusakambangan, biaya untuk bahan bakar perahunya saja Rp 200 ribu. Belum harus bayar untuk ambil air bersihnya. Per jerigen Rp 5 ribu. Tapi resikonya kadang sudah jalan jauh tapi tidak kebagian," kata Aep mengingat perjuangan dahulu, Rabu (6/10/2021).
Baca Juga:Integrasi NIK dan NPWP, Puan Maharani: Perlu Pengamanan Berlapis dari Sisi Teknologi
Aep mengenang, demi mendapat air bersih di musim kemarau, ia mesti berebut dengan warga lain. Pagi buta, ia mesti menghidupkan mesin perahu menuju sumber mata air di Nusakambangan. Perjalanan selama 3 jam di Laguna Segara Anakan membuat tubuhnya menggigil. Tapi kegelapan telah jadi hal biasa bagi Aep. Pasalnya, Aep dan warga lain di Dusun Bondan bertahun-tahun pula hidup tanpa aliran listrik.
Perubahan di Dusun Bondan
Baru di tahun 2017, keadaan Desa Bondan lambat laun berubah. PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) dengan daya 16.200 Watt Peak secara bertahap di Desa terpencil ini.
Setelah masuknya PLTH pada tahun 2017, Pertamina mulai mengembangkan pembangunan Sistem Desalinasi Berbasis Masyarakat (Sidesi Mas). Fungsi Sidesi Mas mengubah air payau menjadi air tawar. Pertamina menjalin kerjasama dengan Politeknik Negeri Cilacap (PNC) dalam membangun Sidesimas.
Secara resmi warga mulai memanfaatkan Sidesimas pada tahun 2020. Air jernih yang dihasilkan dari Sidesimas sudah teruji klinis oleh Dinas Kesehatan Cilacap. Sejak saat itulah masyarakat terbebas dari kelangkaan air bersih saat musim kemarau tiba.
Baca Juga:GoCorp dari Gojek, Layanan Hemat Biaya Transportasi untuk Perusahaan
Aep dan warga cukup membayar iuran sebesar Rp 1.500 per jerigen. Iuran itu digunakan untuk perawatan alat Sidesimas jika butuh penggantian filter atau saat terjadi kerusakan. Aep ditunjuk sebagai teknisi mesin Sidesi Mas.