Penyebab Kebakaran Kilang Minyak di Cilacap Tersambar Petir, Pengamat: Sangat Naif

Sudah dua kali kebakaran kilang minyak di cilacap itu terjadi sepanjang 2021 ini, tersambar petir menjadi penyebabnya, namun pengamat pun mencurigai terdapat kesengajaan

Budi Arista Romadhoni
Senin, 15 November 2021 | 11:28 WIB
Penyebab Kebakaran Kilang Minyak di Cilacap Tersambar Petir, Pengamat: Sangat Naif
Tangki dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Cilacap masih terbakar hingga Minggu (14/11/2021) pagi. Kepulan asap hitam terlihat hingga radius puluhan kilometer dari Kabupaten Banyumas.[Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Tersambar petir menjadi alasan terjadinya kebakaran di Tangki Kilang Minyak milik Pertamina yang berada di Kabupaten Cilacap. Kebakaran tersebut sudah kedua kalinya sepanjang 2021 ini. 

Peristiwa kebakaran yang terjadi di area Kilang Pertamina di Cilacap, pada Sabtu (13/11/2021) harus menjadi pintu masuk untuk memeriksa dugaan adanya unsur kesengajaan. Hal itu disampaikan oleh seorang pengamat energi dan anggota Komisi VII DPR.

Menyadur dari BBC Indonesia, Penyebab kebakaran di kilang minyak milik pertamina selalu disebutkan karena tersambar petir. Berdasarkan data yang dihimpun, setidaknya telah terjadi tujuh kali sejak tahun 1995.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan akan melakukan evaluasi dan investigasi atas insiden kebakaran di kilang Cilacap sembari memastikan stok BBM untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat aman, sehingga masyarakat tidak perlu melakukan pembelian berlebihan.

Baca Juga:Terdampak Kebakaran Tangki Kilang Minyak, Sumur Air Warga Cilacap Berwarna Hitam

Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan dugaan sementara penyebab terbakarnya tangki di kilang minyak Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, akibat tersambar petir sebagai alasan yang "sangat naif".

Sebab sebagai kilang dengan pasokan terbesar, semestinya Pertamina menjaga aset yang sangat penting tersebut dengan menerapkan sistem keamanan yang super canggih dan berlapis sehingga mencapai nihil kecelakaan.

Tapi insiden kebakaran di kilang Cilacap tercatat sudah tujuh kali terjadi sejak tahun 1995 dan mayoritas penyebabnya diklaim karena faktor alam, yakni tersambar petir atau tertiup angin kencang.

Fahmy menduga ada unsur kesengajaan merujuk pada rentetan peristiwa tersebut.

"Saya menduga ada semacam unsur kesengajaan dalam kebakaran beruntun. Kalau dugaan saya benar, apa tujuannya? Kita tahu kapasitas kilang Cilacap terbesar di antara kilang lain. Artinya bahan bakar minyak yang diolah di Cilacap dalam jumlah besar," kata Fahmy Radhi dikutip dari BBC News Indonesia, Minggu (14/11/2021).

Baca Juga:Satu Tangki Kilang Minyak di Cilacap Terbakar, Pengamat Soroti Dampak Ekonominya

"Kalau misalnya terjadi kebakaran, pasti akan mengurangi suplai BBM sehingga untuk menutupi kekurangan tadi, dibutuhkan impor lagi atau akan menaikkan impor," sambungnya.

"Pengalaman saya sebagai anggota anti-mafia migas, mafia migas berburu rente pada impor tadi."

Dalam peristiwa yang terjadi pada Sabtu (13/11/2021) malam, tangki 36T102 yang terbakar itu berisi 31.000 kiloliter Pertalite.

Pengamatannya, setiap kali terjadi kebakaran di kilang Cilacap terjadi peningkatan volume impor BBM.

Karena itulah ia mendesak Kementerian ESDM mengaudit sistem keamanan di Cilacap, apakah ada kelalaian atau kesengajaan. Apalagi sepanjang pengetahuannya, kasus kebakaran di kilang minyak di dunia sangat jarang terjadi.

"Apakah demikian abainya Pertamina? Kalau kilang sudah uzur apakah sistem keamanannya juga sama karena kilang di sana sudah tua."

"Tidak bisa Pertamina katakan itu karena petir, bagi orang awam sangat naif kalau itu hanya disebabkan petir."

'Kebakaran di kilang Cilacap harus menjadi peristiwa terakhir'

Anggota Komisi VII DPR, Adian Yunus Yusak Napitupulu, sependapat dengan Fahmy. Kata dia, rangkaian kasus kebakaran di kilang Cilacap tidak bisa dilihat sebagai peristiwa biasa.

Rencananya pada Senin (15/11) atau Selasa (16/11) Komisi VII akan memanggil direktur utama Pertamina untuk menjelaskan insiden tersebut dan mengunjungi langsung lokasi kebakaran.

"Ini [kebakaran] harus menjadi peristiwa terakhir. Harus diperiksa kenapa alam jadi kambing hitam. Petir kan sudah dari dulu," ujar Adian kepada BBC News Indonesia.

Dia juga meminta Kementerian ESDM melakukan audit menyeluruh pada sistem keamanan kilang milik Pertamina, termasuk keuangan.

"Jangan sampai ada sistem baru tapi tak dibuat."

"Kejadian ini harus menjadi pintu masuk untuk memeriksa semuanya yang terkait keamanan kilang."

Seperti apa kebakaran kilang Cilacap?

Kebakaran tangki di area kilang Cilacap terjadi saat hujan lebat dan disertai petir pada Sabtu (13/11) pukul 19:10 WIB.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Ahmad Ramadhan, dalam konferensi pers mengatakan, tangki 36T102 mulai terbakar pada pukul 19:20 WIB. Kebakaran menyebabkan api menjulang tinggi.

Pukul 20:00 WIB petugas Pertamina berupaya memadamkan api dengan cara mengosongkan isi tangki. Api baru bisa dipadamkan pada Minggu pagi pukul 07:50 WIB.

Ramadhan mengatakan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran tersebut. Polisi juga masih menyelidiki penyebab kebakaran tangki.

Adapun sebelumnya Manager Communication Pertamina Cilacap, Cecep menduga penyebab kebakaran akibat tersambar petir.

"Kalau akibat kita belum tahu karena dugaan tadi kalau saya lihat petir ini besar sekali. Memang hujan besar dan petir besar," ujar Cecep.

Bagaiman stok BBM pasca kebakaran?

CEO Subholding Refinery and Petrochemical, Djoko Priyono, mengeklaim seluruh operasional Kilang Cilacap berjalan normal atau tidak terganggu setelah terbakarnya satu tangki yang berisi pertalite.

Pasalnya saat kejadian berlangsung, pihaknya melakukan penyekatan di tangki tersebut agar tidak menjalar ke tangki lainnya yang berjumlah 228 tangki.

Djoko juga menjelaskan, tim Pertamina melakukan pengendalian pencemaran lingkungan, di antaranya menyiapkan peralatan penanggulangan lolosan minyak dan pemasangan penyerap pada parit-parit.

"Kemudian dilakukan patroli vacuum truck di dalam kilang dan juga monitoring oleh kru oil man di sekitar tangki," ujarnya dalam konferensi pers virtual di Gedung Graha Pertamina, Jakarta Pusat, Minggu (14/11), seperti yang dilaporkan wartawan Lilik Darmawan.

Terkait ketersediaan pasokan BBM dan LPG, CEO Subholding Commercial and Trading Alfian Nasution mengeklaim stok nasional maupun lokal aman.

Stok BBM jenis premium berada di posisi 27 hari, pertamax 15 hari, pertalite di atas 10 hari, solar 20 hari, avtur 35 hari serta pertamax turbo 50 hari dan LPG 12,7 hari.

"Dengan demikian kami sampaikan masyarakat tidak perlu khawatir, pendistribusian BBM dan LPG berlangsung seperti biasanya baik di daerah Jawa Tengah maupun sebagian Jawa Barat yang merupakan cover area dari kilang Cilacap," kata Alfian.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati meminta masyarakat tidak melakukan pembelian berlebihan.

"Jadi mohon tidak ada panic buying karena stok sangat aman. Malah beberapa produk ini di atas standar minimum, jadi ini sudah melebihi standar stoknya."

Nicke juga berkata, Pertamina akan melakukan evaluasi dan investigasi yang menyeluruh terkait insiden di Kilang Cilacap.

Di lokasi terpisah, VP Corporate Communication PT Pertamina Fajriyah Usman, mengeklaim tidak ada tambahan impor BBM menyusul insiden kebakaran salah satu tangki di kilang Cilacap. Pasalnya, kebakaran itu tidak berdampak pada produksi kilang yang berjalan normal.

"Pasokan sangat aman dan distribusi juga lancar," tuturnya kepada BBC News Indonesia melalui pesan singkat WhatsApp, Minggu (14/11).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini