SuaraJawaTengah.id - Jika biasanya menjelang sahur membangunkan warga dengan pengeras suara dari Masjid. Ada yang unik dan kental akan toleransi antar sesama umat beragama di kampung Temenggungan, Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Sejumlah orang yang tergabung dalam Paguyuban lintas agama Mudita Irsa atau Muda-mudi Temenggungan Irawan Satu.
Membangunan warga untuk sahur dengan memainkan alat musik Kempul dan Kendang dari kesenian Khe Ding Cong.
"Anggotanya juga beragam ada yang muslim, Budha, Kristen, dan Katolik. Tapi kalau membangungkan sahur jadi satu, bergantian," ungkap Pembina Khe Ding Cong, Pandita Dhamma Amaro kepada suarajawatengah.id, Sabtu (23/04/22).
Baca Juga:Jadwal Imsakiyah Bogor Jawa Barat Hari Ini Sabtu 23 April 2022
Ia mengatakan, Kesenian Khe Ding Cong merupakan kesenian musik hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. Alat musik yang digunakan diantaranya yakni empul dan kendang.
Alat musik tradisional tersebut ditaruh digerobak berwarna merah, pada gerobak merah tersebut juga dipasangi lima bendera mewakili unsur emas, kayu, tanah, air, dan api.
"Ada dupa juga, ini hanya sebagai lambang keserasian dalam menjalani kehidupan," jelas Pandita Dhamma Amaro.
Ia menerangkan, kesenian Khe Ding Cong untuk membangunkan sahur ini mulai rutin dilaksanakan sejak Ramadan 2020.
"Ini memang wujud kebersamaan dan toleransi warga, jadi secara sukarela berkeliling kampung setiap hari selama Ramadan," jelasnya.
Baca Juga:Jadwal Imsakiyah Kota Sambas dan Sekitarnya Sabtu 23 April 2022, Lengkap dengan Bacaan Niat Puasa
Khe Ding Cong ini biasa digunakan untuk memohon keselamatan saat membuka jalan di waktu kirab.
"Kami berharap juga seperti itu, warga yang puasa bisa lancar ibadahnya," paparnya.
Sementara itu, ustaz Zaenal Maarif selaku tokoh agama di Temenggungan mengatakan warga merasa terbantu dengan adanya Khe Ding Cong.
"Ini kan seni kolaborasi yang bermanfaat untuk membangunkan sahur, sehingga kalau libur atau tidak keliling malah ditanyakan warga. Akhirnya dirutinkan oleh pemuda karang taruna, karena memang ditunggu," imbuhnya.
Kontributor : Aninda Putri Kartika