SuaraJawaTengah.id - Tindakan radikalisme tidak diperbolehkan di Negara Indonesia. Namun demikian, tindakan-tindakan dari masyarakat yang tidak mengakui Pancasila maupun kepemimpinan yang sah terus terjadi.
Pendakwah Gus Miftah memandang salah satu tindakan yang menjadi awal pemicu terjadinya kasus radikalisme adalah penanaman rasa kebencian kepada pemimpin.
"Saya melihat, awal dari kasus-kasus intoleransi kemudian masuk ke dalam radikalisme, salah satunya adalah menanamkan kebencian kepada pemimpin," ujar Gus Miftah dikutip dari ANTARA Sabtu (23/4/2022).
Jika ada pihak yang tidak setuju dengan kebijakan ataupun hal-hal yang dilakukan pemimpin dan menyakini hal tersebut keliru, Gus Miftah mengimbau mereka untuk menyampaikan nasihat atau meluruskan kekeliruan itu secara lembut, bukan dengan kebencian.
Tindakan seperti itu pun diperintahkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Harun dan Nabi Musa saat mereka ditugasi untuk menasihati pemimpin Mesir yang zalim, yaitu Firaun.
Lebih lanjut, Gus Miftah menjelaskan salah satu penyebab munculnya penanaman kebencian oleh seseorang kepada pemimpin adalah karena adanya klaim kebenaran terhadap tafsir keagamaan yang dia pahami, kemudian memaksa orang lain untuk mengikuti pemahaman itu, bahkan dengan cara kekerasan.
"Sekarang, paham seperti ini di Indonesia sangat banyak, yaitu mengklaim apa yang dia tafsirkan adalah yang paling benar dan yang paling bahaya adalah dia bertindak seolah-olah mengatasnamakan Tuhan," kata Gus Miftah.
Ia pun menyampaikan contoh tindakan menanamkan kebencian kepada pemimpin yang pernah terjadi.
Salah satunya adalah saat Presiden Joko Widodo menginstruksikan para gubernur di seluruh Indonesia untuk membawa tanah dan air dari masing-masing daerahnya menuju lokasi ibu kota negara yang baru di Kalimantan Timur.
Baca Juga:Wacana Tiga Periode Presiden, Gus Miftah: Pejabat Tidak Bisa Al Imsak
Pada saat itu, ada beberapa oknum yang menilai Presiden Joko Widodo menyekutukan Allah Swt. atau syirik.
- 1
- 2