SuaraJawaTengah.id - Malam tadi, Sabtu (30/7/2022) di OHD Museum, Kota Magelang, puluhan orang datang ‘menziarahi’ ide kemanusiaan dua tokoh besar Indonesia: Abdurrahman Wahid-Buya Safii Maarif. Mentafsir pemikiran kedua tokoh lewat bahasa seni rupa.
Keduanya sama-sama pernah memimpin organisasi keagamaan terbesar yang menjadi kiblat mayoritas muslim Indonesia. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Meski akar NU dan Muhammadiyah tumbuh dari sulur ilmu yang sama yaitu Syaikhana Cholil Bangkalan, sub kultur kedua organisasi ini -terutama di tingkat bawah- sering diidentikan dengan saling beda pendapat.
Perbedaan argumen kebanyakan terkait khilafiyah yang tidak prinsip. Pada banyak hal, jamaah sub kultur NU dan Muhammadiyah sering mengambil sikap saling ‘memunggungi’.
Baca Juga:Pameran MANIFESTO VIII Hadirkan 108 Karya Perupa Indonesia
Perbedaan tafsir soal penentuan jatuh hari raya Idul Fitri, tahlil, dan yasinan, kerap meruncing menjadi selisih saling hujat yang tak bermutu. Keributan terutama banyak terjadi di media sosial yang ‘jamaahnya’ terkenal gaduh dan berisik.
Kontestasi politik Pemilu Presiden 2014 dan 2019 juga turut membelah jemaah sub kultur NU dan Muhammadiyah. Residu polarisasi politik lewat label “cebong” dan “kampret” masih terasa hingga hari ini.
Lukisan yang Menggagas Pameran
Dari sini pameran bermula. Pada penghujung tahun 2020, pelukis G. Djoko Susilo mengirimkan foto karyanya kepada pemilik Museum OHD, dr Oei Hong Djien.
Di atas kanvas berukuran 127x147 centimeter, Djoko Susilo melukis wajah Buya Safii Maarif bersama Kiyai Mustafa Bisri (Gus Mus). Lukisan itu diberinya judul: Buya A. Syafii Maarif & Gus Mus.
Baca Juga:Bulog Jamin Daging Kerbau Beku Impor Asal India Bebas PMK
Selain kepada dr Oei Hong Djien, Djoko Susilo juga mengirimkan foto lukisannya kepada Gus Mus. Lewat Dr Ahmad Alim Muttaqin, foto lukisan itu tiba ke tangan Buya Safii Maarif.