Tragedi Kebun Binatang Pertama di Kota Semarang: Gajah Bernama Hasan Mati Kesetrum, Daging Dibagikan ke Warga

Bonbin Tegalwareng tersebut juga menjadi Bonbin pertama di Kota Semarang.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 18 Agustus 2022 | 19:00 WIB
Tragedi Kebun Binatang Pertama di Kota Semarang: Gajah Bernama Hasan Mati Kesetrum, Daging Dibagikan ke Warga
Patung Raden Saleh berdiri megah di kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Kamis (18/08/22). Pada era 1950 an, tempat tersebut adalah Kebun Binatang (Bonbin) pertama di Kota Semarang yang bernama Bonbin Tegalwareng. [Suara.com/Aninda Kartika]

SuaraJawaTengah.id - Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) di Jalan Sriwijaya Tegalsari, Candisari Kota Semarang dikenal sebagai kawasan budaya dan tempat kumpul seniman.

Lokasi tersebut berdiri sejumlah pohon rindang, dan baru-baru ini tengah dilakukan pembangunan oleh Pemkot Semarang.

Tempat kumpul para seniman itu ternyata menyimpan sejarah panjang sebelum jadi TBRS.

Sebelumnya atau di tahun 1954 tempat tersebut merupakan Kebun Binatang (Bonbin) Tegalwareng. Bonbin Tegalwareng tersebut juga menjadi Bonbin pertama di Kota Semarang.

Baca Juga:Para Agus Merapat! Nikmati Promo Masuk Gembira Loka Gratis di Hari Kemerdekaan, Syaratnya Mudah

Koleksi di Bonbin Tegalwareng saat itu juga cukup lengkap, harimau, rusa, hingga gajah ada di Bonbin Tegalwareng.

Bonbin Tegalwareng beroperasi dari 1954 hingga 1985 dan menjadi tempat andalan wisatawan ketika itu.

Sebelum Bonbin Tegalwareng dipindahkan ke Tinjomoyo di kelurahan Sukorejo kecamatan Gunungpati, ada insiden yang tak pernah dialami di Bonbin lainnya.

Di mana seekor gajah mati karena tersengat aliran listrik yang dipasang sebagai pembatas kandang.

Bahkan menurut warga sekitar, usai mati gajah tersebut disembelih dan dagingnya dibagikan ke warga sekitar.

Baca Juga:Gajah Sumatera dan Trenggiling Meriahkan Upacara HUT RI di Bali

"Gajah tersebut sangat terkenal saat itu, bahkan punya nama yaitu Hasan. Namun memang gajah tersebut galak, saya sempat menyaksikan binatang besar itu ngamuk di dalam kandang saat saya berkunjung ke Bonbin Tegalwareng," terang Kusnadi (55) warga Tegalsari, Kamis (18/8/2022). 

Kusnadi berujar ketika ia berusia belasan, ia acapkali berkunjung ke Bonbin Tegalwareng lantaran dekat dengan rumah.

"Nah sebelum Bonbin Tegalwareng dipindah Hasan mati karena tersengat listrik, kemudian gajah itu disembelihnya dan dagingnya dibagikan ke warga," tuturnya.

Selain Hasan yang menurut Kusnadi merupakan gajah dari Afrika, ia juga mengatakan ada sipanse yang dinamai Epen.

"Sipanse itu juga galak seperti Hasan, namun yang paling saya ingat ya Hasan karena mati kesetrum," paparnya.

Kenangan Bonbin Tegalwareng juga masih diingat betul oleh Wijanarko (60) warga Gajahmungkur Kota Semarang, saat ia kecil hampir setiap akhir pekan ia datang ke Bonbin Tegalwareng untuk menyaksikan koleksi hewan di sana.

"Betul ada Gajah yang namanya Hasan saat itu, tapi dikabarkan gajah itu mati karena tersengat listrik," ucapnya.

Wijanarko mengatakan terakhir berkunjung ke Bonbin Tegalwareng di akhir 1983.

"Setelah itu Bonbin dipindah ke Tinjomoyo yang ada di Gajahmungkur dekat dengan Kampus Unika. Usai dipindahkan saya pernah berkunjung ke sana namun tak melihat Hasan lagi," tambahnya.

Bonbin Tinjomoyo juga pernah beroperasinya puluhan tahun, dan direlokasi ke Mangkang pada 2007 silam. Kini Bonbin Mangkang jadi satu-satunya Bonbin di Kota Semarang dengan berbagai koleksi hewannya. 

Kontributor : Aninda Putri Kartika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini